133.
Seungcheol terkekeh, lalu menjatuhkan hapenya ke antara paha. Ia mengubah gigi dari P menjadi D setelah Joshua memasang sabuk pengaman di sampingnya dan mulai menekan gas. Melihat kekasihnya senyum-senyum, ia mau tak mau penasaran juga.
“Kenapa?” tanya Joshua.
“Enggak,” masih senyum. “Kwon Soonyoung nge-WA gue.”
Alis Joshua berkerut, “Soal semalem ya?”
Ia mengangguk.
“Lo iyain?”
“Enggak,” kekehnya lagi. “Gue nggak mau. Takut gue kalo Wonu ngambek ke gue.”
“Sayang bener lo sama Jeon Wonwoo.”
Nadanya terdengar cemburu. Seungcheol pun tak kuasa untuk menggoda.
“Dia kan anak gue. Lo sendiri gimana kalo Soonyoung ngambeg sama lo?”
“Kiamat.”
“Kan.”
“Gue mendingan bunuh lo terus gue bunuh diri daripada Hosh jauhin gue.”
“KENAPA MENDADAK GUE DIMATIIN??”
“Kan lo punya gue.”
Terdiam, lalu Seungcheol perlahan bersuara, “...Oke, plis kasitau kalo gue naksir pembunuh berantai in advance biar gue bisa ke polisi sekarang.”
“Bercanda,” Joshua tertawa. Ia kemudian memajukan tubuhnya untuk mencium pipi Seungcheol. “I'd rather have you alive so I can kiss you.”
Lampu lalu lintas di depan berubah merah. Mobil dimasukkan ke P lagi (lebih aman daripada N), lalu Seungcheol memutar kepala, hendak mencium bibir Joshua.
“Don't.”
Telunjuk di bibir Seungcheol menahan lajunya. Lelaki itu mendecak frustasi.
“Kenapa sih gue nggak boleh cium bibir lo?”
“Cos I don't want you to, Cheol,” Joshua mengusap bibir Seungcheol dengan ibu jari, yang kemudian balas diciumi kekasihnya itu. “I don't want you to kiss me on lips.”
“Why...?” hampir seperti rengekan anak anjing yang tertendang.
“I don't trust you enough to share my lips with you...”
“You shared your lips with Kwon...”
“I'd even share my soul, my life with him...”
Seungcheol menghela napas berat, hanya bisa puas dengan mengecupi tangan Joshua, mulai dari punggung tangan hingga ujung jari. “Sampe kapan...?” tanyanya frustasi. Mereka sudah jadian kira-kira sebulan, tapi tidak sekalipun ciuman di bibir mereka pertukarkan, apalagi yang lebih intim dari itu.
Di satu sisi, Seungcheol berharap dengan ini, ia bisa membuktikan pada Joshua bahwa ia menyukai lelaki itu lebih dari ketertarikan seksual semata.
Di sisi lain, Seungcheol perlahan menjadi gila.
“I don't know.”
TIIN TIINNN!
“You tell me, Cheol.”
(“Woi jalan woi!”)
“Drive,” dikecupnya ujung hidung sang kekasih. “It's green.”