narrative writings of thesunmetmoon

140.

#soonwoo

“Gue mau nanya sama lo.”

Wonwoo masih nungguin ibu kantin masakin mie rebusnya dulu, jadi di meja itu cuma ada Soonyoung sama Jihoon pas Jihoon mulai ngomong. Di antara seruputan saus tteokbokki dan 'clak-clak-clak' kunyahan gigi, Soonyoung langsung mengangkat kepala. Tatapnya bertanya.

“Kenapa sih, lo segitunya mau temenan sama Wonu?”

Pertanyaan yang paling gampang diprediksi Soonyoung bakal datang dari temennya Wonwoo, to be honest. Malah aneh kalau nggak ada seorang pun nanya soal itu ke dia.

“Emangnya aneh ya? Mau temenan sama orang?” ditelengkannya kepala.

Jihoon hanya memutar bola mata. “Plis. Ini Wonu yang kita omongin. Si Wonu yang nggak ada istimewanya. Bukan tipe most wanted person for a friend banget,” selorohnya.

“Iya,” Soonyoung setuju. “Justru itu.”

“Oho?”

“Dia pemarah. Ringan tangan. Di kampus terkenal jutek dan pelit. Suka nagihin duit buat sesuatu yang harusnya nggak ditagihin duit,” kalo soal itu semua, Soonyoung sudah tau. “Tapi dia punya lo. Punya Kak Cheol, juga temen lo yang tinggi ganteng itu. I mean, lo semua mau jadi temennya, bahkan ngelindungin dia mati-matian. Gue...pengen tau kenapa.”

Soonyoung diam. Jihoon juga diam, lalu mengunyah tteok terakhir dari mangkok kertasnya. Kenyang dan senang, karena tidak mengeluarkan uang. 'Emang goblok si Wonu, nolak gratisan tiap hari,' batinnya. 'Tapi yah...maybe that's why.'

“Lo punya juga kan? Temen yang mati-matian ngelindungin elo?” tukas Jihoon.

Soonyoung menjawab dengan gelengan pelan. “Josh beda,” akunya dalam suara rendah, hampir seperti bisikan. “Josh...mau nggak mau, dia keiket sama gue. Josh dan gue...beda dari hubungan lo sama Wonu...”

Jihoon merebah ke punggung kursi. Ia mengelus perutnya yang membuncit akibat dua mangkok tteokbokki campur keju. Dehaman perlahan terdengar dari tenggorokannya.

“In a way, kita bertiga juga keiket sama Wonu kok.”

Kwon Soonyoung mendongak lagi, mengunci mata Jihoon dengan miliknya. Bulu matanya mengerjap, sementara seringai penuh arti muncul di wajah Jihoon.

“Mungkin...lo sama Wonu lebih mirip daripada yang lo bedua kira.”

Kwon Soonyoung cuma bisa memandang Jihoon dengan bingung.

“Anyway, kalo lo udahan berantemnya sama Won, dan lo tulus mau jadi temennya, mungkin gue bisa bantu,” dia merogoh kantung celana untuk mengambil handphone. “Masukin nomer WA lo.”

”...Nggak pa-pa nih?” ragu.

“Yaelah, nomer WA doang,” Jihoon memutar bola matanya lagi. “No prob lah. Orang yang mau jadi temennya Won sampe nguber-nguber dia kayak lo gini, lucu tauk. Gue jadi penasaran ntar ending kalian bakal gimana.”

“Gue bukan tontonan.”

Jihoon cuma terkekeh. Soonyoung menyerah dan mengambil handphone Jihoon, memasukkan nomernya di sana. Jihoon kemudian menyimpannya.

“Gue kirimin nomer gue yah.”