148.
“Bukan yang itu!”
“Eh?”
Kerjapan mata berkali-kali. Soonyoung mau beli beberapa butir apel buat stok di rumah. Kebetulan, Josh juga suka apel. Bisa dimakan berdua. Dia melihat-lihat bagian buah, terus takjub sendiri saking banyak banget apel warna-warni dengan nama yang aneh-aneh. Royal gala lah, granny lah, fuji, dan masih banyak lagi. Setelah muter-muter random ada kali lima menit, anak itu pun memutuskan untuk membeli yang fuji dengan pertimbangan warnanya lucu. Pink-pink gradasi gemes gitu. Dan kebetulan juga ditaro di keranjang depan jadi mungkin main starnya saat ini ya apel itu.
Baru aja Soonyoung ngambil sebutir, mendadak Jeon Wonwoo teriak.
“Jangan ambil yang itu, Bego, itu udah mau busuk.”
Hah? Hah? Nggak paham. Soonyoung melihat apel di tangannya, terus ke Jeon Wonwoo, terus balik ke apel di tangannya, terus ke Jeon—
“Lama luh!” emosi, Wonwoo menyambar apel itu dari tangan anak Kwon dan menaruhnya kembali. “Ambil plastiknya aja sana.” Dia pun mulai sibuk milih-milih apel dari keranjang.
Masih kebingungan, Kwon Soonyoung melipir ke gulungan plastik, merobek satu dan kembali ke tempatnya tadi. Tapi...kok susah banget ya buka ni plastik?? Emang plastiknya selalu kayak gini?? Kenapa nggak pake plastik yang mudah kebuka aja sih??
Soonyoung nggak paham, asli.
“Nih bagus.”
“Iya, bentar—”
“Lu ngapain sih??”
“Ini nggak kebuka??”
“Buka gitu aja lu nggak bisa??”
“Ya ini nggak kebuka?? Gue udah kelotekin dari tadi??”
“Lu usrek!”
“Gimana??”
“Maaf, Mas-mas sekalian,” mendadak didatengin staffnya kan tuh, berisik sih lu bedua. “Sini saya bukain plastiknya. Maaf ya Mas.” Dengan sigap, staff itu membuka plastik dan menyerahkannya kembali ke Soonyoung. “Tolong jangan teriak-teriak di toko ya, Mas, maaf bukannya saya bermaksud nggak sopan, tapi takutnya ganggu pelanggan lain.”
“Oh iya Mas...maaf ya, maafin,” dengan cepat, Soonyoung bungkuk-bungkuk minta maaf, merasa tidak enak.
Jeon Wonwoo cuma buang muka. Males. Dia marah kan karena Kwon Soonyoung yang lamban, jadi biarin aja Kwon Soonyoung yang minta maaf. Dia mendengus, lalu memasukkan beberapa butir apel yang bagus ke dalam plastik.
“Kok lo tau itu apelnya bagus? Kalo asem, gimana?”
Wonwoo menoleh. Rupanya Kwon Soonyoung udah kelar berurusan sama staff itu. Wonwoo pun mengangkat sebutir apel. “Nih caranya ya, lu liat baek-baek. Kalo lo ketok kayak gini,” jari telunjuk dan ibu jari Wonwoo mengetuk perlahan permukaan buah tersebut. “Terus bunyinya bagus kayak gini.” Ada bunyi tok-tok-tok yang jelas. “Artinya bagus. Kalo kayak gini.” Di buah apel yang lain, suaranya lebih mendep. “Artinya kurang bagus. Paham?”
Kwon Soonyoung cuma memandangnya dengan mata yang berbinar-binar. Mulutnya membentuk huruf 'o' dan ia perlahan mengangguk. “Kok lo bisa tau soal gituan??” jelas sekali kalau dia kagum sama hal remeh barusan.
Wonwoo mengerjap dua kali dengan cepat. Ia berdeham, lalu menaikkan gagang kacamatanya di tulang hidung.
“Makanya belanja.”
Diberikannya plastik itu ke anak Kwon.
“Lu timbang sana.”
Diusirnya anak Kwon. Wonwoo sengaja menolak balik badan karena tau, di belakang dia, Uji lagi nyengir nontonin kejadian barusan.