narrative writings of thesunmetmoon

154.

#gyuhaooffice

.....Tidak ada apapun di mejanya pagi itu. Minghao terhenyak. Biasanya, begitu ia sampai, sarapan sudah tersaji cantik di mejanya, terkadang dengan makan siang.

Pagi itu, nihil.

Dia berdiri diam memandangi mejanya. Toleh kanan. Toleh kiri. Mingyu tidak ada. Bang Minki juga tidak ada.

“Bang Jihoon.”

“Hmm?”

“Nggak ada yang naro sesuatu di meja gue?”

Sebelah alis Jihoon naik, mendelik sesaat ke anak buahnya itu, sebelum balik menekuni koran paginya. “Kagak,” jawabnya.

“Beneran, Bang?”

“Ung.”

“Oh...”

Minghao menaruh tasnya ke atas meja, lalu duduk. Diam terpekur. Bagai anak ayam kehilangan induk. Ia mengingat-ingat jawaban post-it kemarin:

Enakkkk. Kue coklatnya enaakk. Saladnya enakk. Heran saya, padahal rotinya isi BLT aja, tapi kamu bisa bikin seenak ini. Tangan kamu tangan matahari pasti ya? Makanya masakan kamu semuanya enak.

Soal bento box, suit yourself! Saya nggak masalah kok. Ngapain malu, sih, ada juga saya yang selalu berterima kasih sama kamu.

Btw, can I call you that? Mr. Sunshine? I guess your heart is as warm as your hands :)

Diulang lagi jawabannya di dalam otak. Apakah ada yang salah ia tulis? Atau menyinggung? Sumpah, Minghao mulai resah.

“Bang.”

“Hnnng,” geram Jihoon.

“Bang Minki kemana, Bang?”

“Meeting,” dibaliknya lembar koran. “Balik siang.”

“Kalo Mingyu, Bang?”

“Sakit.”

“Oh.”

Kemudian, Minghao menghela napas dan menghidupkan komputernya, menelepon Seokmin di pantry buat nitip sarapan ke belakang.