171.
..................
....Apa ini?
Stop, stop, play back.
Oke, jadi...tadi Seungcheol ngebopong Jeon Wonwoo yang mabok ke kamar mereka. Kamar Wonwoo. Kamar mereka.
Anyway.
Dia mau rebahin Wonwoo ke tempat tidurnya, terus abis itu lanjut makan, lalu sikat gigi, dan terakhir main hape sambil ngaso di sofa sampai kantuk menyeretnya. Namun, semua itu gagal total ketika Wonwoo tidak melepas pelukannya.
Jadi sekarang Seungcheol tiduran di atas badan Jeon Wonwoo.
Oke. Oke. Tenang.
Dia berusaha bangunin Wonwoo lagi. Pakai ancam mau cium segala lagi. Tapi, apa jawaban idolnya itu?
(“...Cium aja...”)
Ngelindur?
“Won—mph.”
.
.
.
.
.
Kepala Seungcheol kopong. Satu detik. Dua detik. Tiga. Empat. Lim—
Sesak napas.
”—PUAH!!” ditariknya kepala sampai lepas bibir mereka. Mengambil napas dalam-dalam, Seungcheol memandangi wajah Wonwoo di bawahnya dengan takjub. Mata lelaki itu separuh membuka. Pipi sampai daun telinganya memerah.
“Cheol....,” saat ia berbicara, bau alkohol meruak kentara, membuat Seungcheol mengernyitkan hidung.
“Won, lo mabok parah. Lepas, biar gue—hmpph!“
Protesnya kembali tertelan. Oh...oh...baru meresap dalam benaknya apa yang sedang terjadi. Bibir Jeon Wonwoo menyentuh bibirnya dengan lembut. Senyum pun merekah di sana karena Wonwoo merasa puas akhirnya berciuman dengan Seungcheol. Seungcheol sendiri tak sanggup bergerak, badannya terasa kaku dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Menyadari adanya keganjilan, Wonwoo melepaskan ciumannya kemudian mengusap pipi Seungcheol sesaat sebelum mencium bibirnya lagi. Santai. Ringan. Benar-benar sebuah kecupan yang naif. Jeon Wonwoo lalu tertawa manis.
Otak Seungcheol mendadak konslet, sebagaimana
jiwanya telah melayang keluar dari badan.
“Cheoooolllll?? Cheooolllll?? Cheolliiieee??” manja-manja. “Kok diem ajaaaa, ayo doongg~” semakin rapat pelukan mereka. Dada bertemu dada. Hidung Seungcheol persis di sisi leher Wonwoo. Aroma khas lelaki itu tercium jelas.
Seungcheol meneguk ludah, menahan diri mati-matian.
Tenang, Cheol...
“Ayo apa sih? Lo mabok, Won, lepasin gue!” dia agak membentak.
“Ayoooo...,” rengekan lagi. Kali ini, Wonwoo menyentuh kerah bajunya sendiri dan menariknya, memaparkan tulang selangka dan kulit putih tanpa celanya pada Seungcheol. Terbuka. “Cium, mmh, di sini...”
Tangan Wonwoo menuruni dada, sengaja mengelus puncak dadanya dengan ibu jari, membuat tubuhnya sendiri tersentak kaget.
”...di sini....”
Lidah Wonwoo menjilat bibir bagian bawah, membuat Seungcheol tanpa sadar meneguk ludah.
Tangan itu terus turun ke selangkangannya...
”...di sini juga”
T-E-N-A-N-G.
“WONWOO!!” marah, Seungcheol menggamit dan mengekang kedua tangan Wonwoo, menekannya ke kasur di atas kepala. “Sadar! Kamu mabok, Won!”
Kemudian, Seungcheol sadar. Ada yang aneh. Ada yang sangat aneh. Bagaimana pinggul Wonwoo tidak berhenti digesekkannya ke badan Seungcheol. Bagaimana wajah lelaki itu kian memerah dan cucuran keringatnya menderas, mengalir tanpa henti. Bagaimana mulut Wonwoo membuka, mendesah, seolah meminta sesuatu untuk mengisinya.
Ini bukan mabok biasa....
(“Have fun with your cute kitty, Cheollie~”)
.........
.....
..
Joshua Hong.