narrative writings of thesunmetmoon

176.

#gyuhaooffice

Urusan administrasi selesai. Ruangan kelas I. Biaya IGD. Jeonghan sadar sepenuhnya kalau tidak ada reimbursement yang akan diberikan padanya. Dia duduk di kursi samping kasur. IGD malam itu tergolong sepi, hanya ada beberapa tirai sekat pasien yang ditutup.

Joshua tertidur tenang di ranjang khusus pasien. Infus menetes, memasuki nadinya perlahan. Bibirnya pucat. Bulu matanya hitam dan lebat, kontras terhadap warna kulitnya. Jika dilihat sekilas, ia seolah tertidur damai tanpa ada beban dalam hidupnya. Jeonghan mendengus gusar, kemudian digamitnya poni depan Joshua.

β€œNyusahin,” bisiknya kesal. β€œNgerepotin. Lo tuh nambahin beban idup gue aja, tau nggak? Fuck. Why do you keep on pushing your life onto mine?”

Jambakan melonggar.

β€œI don't need this kinda shit...”

Melonggar, menjadi semata elusan pada kening Joshua. Disapunya anak rambut dari sana hingga tidak ada lagi yang menutupi kelopak mata. Jeonghan melamun memandangi wajah indah itu. Ibu jarinya tetap mengelusi kening dan alis, kelopak mata dan pipi.

Rahang.

Bibir.

Kemudian, ia kembali duduk ke kursinya. Badan menjauh. Namun, tangan menemukan tangan Joshua, digenggam lemah. Ibu jari memutari punggung tangannya.

β€œFuck...”

Jeonghan menghela napas. Ia membungkuk di duduknya. Dengan tangan yang bebas, ia mengacak rambutnya sendiri.

”...I'm sorry...”