narrative writings of thesunmetmoon

177.

#minwonabo

Mingyu memeluk Minghao yang menangis sejadinya dalam pelukan. Alisnya mengernyit penuh penyesalan. Giginya digertakkan.

Ini semua salahnya. Dosanya. Dia sudah merusak sahabat baiknya, orang yang selalu ada untuknya baik susah maupun senang. Seharusnya ia tidak pernah menerima tawaran Minghao untuk berbagi rut bersamanya sejak awal, bila ia tahu bahwa ada harapan dan perasaan yang digantungkan padanya di balik tawaran itu.

Tapi ia terlalu buta. Terlalu bodoh. Ia gagal menangkap bagaimana Minghao selalu memandangnya seolah ia adalah satu-satunya baginya. Ia salah mengartikan tangkupan Minghao yang lembut di pipinya sehabis mereka bercinta. Dan bagaimana senyuman kecilnya begitu tulus, begitu penuh cinta yang naif...

โ€œMaafin aku, maafin aku...,โ€ napasnya tercekat, tak tahu harus berkata apa lagi. Ia sendiri meneteskan air mata, memeluk sahabatnya lebih erat. Takut, kalau ia lepaskan, Minghao akan hancur lebih dari ini. Dikecupnya puncak kepala Minghao. โ€œ...Hao...โ€ Suaranya serak.

Ia takut. Kim Mingyu, Alpha yang kuat, yang kaya, berkuasa, sesungguhnya selalu ketakutan akan banyak hal. Akan ibunya. Akan kehilangan Minghao.

โ€œGyu...โ€

Kaget, Mingyu mengangkat kepala. Wonwoo berdiri di ambang pintu, di belakang Seokmin. Namun, alih-alih berkilah, Mingyu hanya diam menatap sang Omega, mengunci pandangan mereka untuk beberapa saat.

Akan kehilangan Wonwoo...

Sebulir air mata menuruni pipi sang Alpha. Ia diam menatap Wonwoo sambil tetap memeluk Minghao. Ia memohon pengampunan pada Omega-nya, kekasih hatinya, untuk sekali ini saja sudi membagi Alpha-nya dengan orang lain. Untuk sekali ini saja merelakan Alphanya menjadi milik seorang Beta.

Saat ini saja.