179.
“Mingyu...”
Bisikan. Ia terbelah antara keinginan agar Alpha-nya mendengar panggilan yang sarat akan keputus asaan tersebut atau berdoa agar Mingyu tetap terlelap karena tidak ingin mengganggu tidurnya yang tenang. Mata dan pipi Wonwoo basah oleh air mata. Ia menyurukkan scent glandnya ke sisi leher Mingyu, ke pipi, ke rambut...scenting him all over...
Miliknya...
“Mingyu punya saya...punya saya...kan?“
Sambil terus menangis, ia meninggalkan jejak bau khas Omeganya dimana-mana, agar Mingyu berbau dirinya. Ia mengecup kulit Mingyu yang ia lalui, mematerikan rasa sayangnya ke tiap pori-pori sang Alpha.
Alphanya. Miliknya. Alpha miliknya...
“Saya nggak akan pernah bagi Mingyu sama siapapun...”
Sesengukan.
“Mingyu punya saya...punya saya...”
Ia menelungkup di atas tubuh Alpha-nya. Dipeluknya erat. Posesif. Alpha yang ia nantikan selama ini, yang ia dapatkan di atas kebohongan besar. Alpha yang baik, yang kuat, yang bisa menjaganya, melindunginya, yang bisa memberinya apa yang selama ini ia idamkan, dan yang tulus mencintainya...
“Alpha saya...“
Desperate.