180.
”...I'm sorry, Joshua...”
Menangis sejadinya, Joshua berdeguk. Ia tidak tahu apa arti permintaan maaf barusan. Jika ada yang harus minta maaf, maka itu adalah dirinya.
Namun, Joshua tidak ingin berpikir.
Bisa jadi permintaan maaf itu adalah jawaban Jeonghan bahwa ia tidak bisa membalas perasaan Joshua.
Bisa jadi karena rasa iba.
Apapun artinya, ia tak peduli.
Karena, saat ini, detik ini, kehangatan yang ia rindukan seumur hidupnya ada di sini, sedang memeluknya erat seolah ia penting.
Seolah ia dibutuhkan.
Yang lain tidaklah penting. Yang terpenting hanyalah pelukan ini.
Orang ini.
Orang ini melihat dirinya ada di dunia ini.
Terisak, ia menangis. Menangis dan menangis. Di dalam pelukan Jeonghan.
Tak sudi melepas.
Tak ingin berakhir.
Di bawah hujan, akhirnya ada seseorang yang menggenggam tangannya.
Berdua, didera hujan bersama.