narrative writings of thesunmetmoon

185.

#minwonabo

“Selamat pagi jantung hatiku.”

Minghao tidak mengindahkan sapaan itu. Masih terkantuk-kantuk, separuh sadar, ia melipir ke Jun yang sedang memotongi daun bawang. Kepul uap melayang dari periuk tanah liat di atas kompor. Aroma bubur tercium kentara di dapur mereka. Alpha-nya memasak sarapan dengan celemek bergambar kucing gemas.

Nyaman. Hidup bersama Jun...nyaman.

Kening ia sandarkan ke punggung Jun sementara lengan merangkul manja ke pinggangnya. “Mmm...,” gumamnya sebagai jawaban. Masih ingin tidur dalam pelukan sang Alpha.

“Masih ngantuk, Xiao Hao? Tidur lagi aja,” tertawa ringan, Jun mengecup kepalanya sekilas.

Mmfmf.”

“Hmm?”

”...Kamunya di sini.”

...

“Jun??”

Mendadak, ia diangkat ke dalam gendongan. Protesnya tertelan oleh ciuman demi ciuman yang dengan murah hati diberikan Jun padanya. Perlahan tapi pasti, ciuman mereka memelan, semakin lambat dan santai, menikmati bibir satu sama lain tanpa keraguan yang hanya bisa dibagi oleh sepasang kekasih semata, yang paham bahwa mereka tak perlu terburu-buru karena mereka punya seumur hidup untuk bercumbu.

Minghao memutuskan untuk melepas ciuman mereka.

“Susah emang ya kalo punya laki segemes kamu...,” Jun berbisik, hampir-hampir menggeram.

Minghao tertawa lagi. Dielusnya bibir Jun, lalu ke pipi. Ujung hidung mereka menempel ketika Minghao menghirup dalam-dalam aroma Alpha-nya, lalu menghela napas.

“Gosong tuh, baobei...”

Spontan, Jun membelalak.

Oh shit.