narrative writings of thesunmetmoon

188.

#soonwoo

“Udah tuh gue wa ke elo nomernya.”

“Seppp. Makasih Soonieee~“

“Mm, terus, dealnya...”

“Ah yes. Si Meng. Jadi gini, lo pergi ke belakang gedung B. Di situ bakal ada tangga besi. Lo ngintip aja ke bawah tangga itu. Si Meng pasti ada di situ.”


Ngapain Jeon Wonwoo nongkrong di bawah tangga di belakang gedung ya? pikir anak Kwon, sembari kaki membawanya menuju lokasi yang diberitahu Jun. Sebab, tempat itu bukan tempat buat nongkrong sama sekali. Selain gelap, terseklusi, pun rumor santer terdengar kalau di sana lah pasangan-pasangan pada mesuman. Atau jadi base anak-anak berandalan.

...

Mampus. Jejangan Wen Junhui udah boongin dia biar dia ketemu berandalan-berandalan itu terus digebukin. Jejangan ini jebakan.

Entah alasan apa. Mungkin Jun nggak suka Josh gebuk Jeon Wonwoo dulu itu. Mungkin dia balas dendam dengan cara begini. Mampus.

Tapi sayangnya, dia keburu sampai di tujuan sebelum otaknya menekan tombol peringatan. Di sana, di antara rerumputan liar dan puing-puing furnitur kampus yang tidak lagi dipakai, di bawah tangga yang gelap dan lembab, tidak ada pasangan bercumbu maupun anak berandal. Yang ada hanyalah Jeon Wonwoo, berjongkok, punggung menghadap Soonyoung dan bunyi sesuatu sedang makan.

“Pelan-pelan. Ntar keselek,” suara tawa kemudian terlantur.

Kwon Soonyoung melongo. Telinganya nggak salah dengar kan? Barusan banget, kayaknya, Jeon Wonwoo ketawa. Rasanya aneh banget, denger Jeon Wonwoo ketawa (rupanya bisa juga ketawa kayak manusia pada umumnya?)

“Uh...Jeon Wonwoo?”

Begitu cepat anak itu berbalik. Mata membulat di balik kacamata yang juga bulat. Bibirnya membuka. Ia memandangi Kwon Soonyoung, sementara Soonyoung memandang melewati tubuh Wonwoo, mengintip dan menemukan...seekor kucing.

“Kucing?”

“Ngapain lo di sini??”

Begitu Soonyoung sadar, Jeon Wonwoo sudah berdiri dan membayanginya. Refleks, anak Kwon mundur, tetapi ditahan oleh genggaman tangan Wonwoo di pergelangan tangannya. Kencang.

“Sakit...”

“Gue tanya, lo ngapain di sini??”

“Uh...gue...tadi maksi sama Uji sama temen kalian juga, si Jun. Terus katanya lo...ada di sini...”

Dia pun menunduk. Dirasakannya pandangan Jeon Wonwoo naik turun, seolah mencari bukti bahwa dia berbohong, namun kemudian tangan Soonyoung malah dilepas dan, dengan helaan napas, Wonwoo berjongkok lagi. Diusapnya badan si kucing yang agak ketakutan karena kedatangan manusia yang dia tidak kenal.

“Gak pa-pa. Ssh. Ssh. Tenang ya. Dia bukan orang jahat kok.”

“Meow...”

“Gak pa-pa, gak pa-pa...”

Suara yang dalam dan lembut. Jadi seperti itu ya, suara Jeon Wonwoo ketika berbicara dengan sesuatu yang disayanginya.

Suara yang tidak pernah Kwon Soonyoung dengar sebelumnya.

“Oi.”

Dia tersentak.

“Jongkok sini.”

Walau bingung, Kwon Soonyoung menurut. Tanpa basa-basi, sekali lagi, Jeon Wonwoo mengambil tangannya, dibalik, dan didekatkan ke wajah si kucing. Kucing itu warnanya putih kusam dengan bercak kuning dan hitam di beberapa tempat. Dia mendekat dengan ragu lalu mengendus tangan Soonyoung untuk beberapa saat. Diam-diam, si anak Kwon menelan ludah. Dia selalu resah kalau sedang dinilai, meski itu oleh kucing sekalipun.

Saat si kucing mengendus sekali lagi, lalu mengusrekkan pipinya ke pergelangan tangan Soonyoung, rasanya jantung Soonyoung mau meledak. Dengan senyuman terkembang, dia menoleh cepat ke arah Jeon Wonwoo, dan makin kaget lah dia ketika menemukan Jeon Wonwoo sudah memandang ke arahnya dengan senyuman juga.

“Oh...”

“Kalo ketemu kucing, diem dan kasih tangan lo kayak gini. Biarin dia yang dateng dan cium bau lo. Jangan dideketin, nanti dia kaget,” kembali ditatapnya si kucing sambil kepalanya ia usap-usap. Si kucing mengeong puas. “Sekarang dia udah tau bau lo dan kalo lo bukan bahaya buat dia. Next time kalo ke sini, lo kasih lagi tangan lo sampe dia apal sama lo dulu.”

Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Kwon Soonyoung cuma mengangguk lemah. Suara Jeon Wonwoo teredam oleh debaran jantungnya sendiri yang masih kaget karena Jeon Wonwoo tersenyum padanya.

Menyadari anak Kwon bengong, Jeon Wonwoo mendecak, “Denger nggak?”

“I-i-iya, denger kok!”

“Yaudah. Sekarang, lo ambil snack dari kresek tuh. Yang panjang, ada tulisan churu churu-nya.”

Dalam sekejap, mendadak, Kwon Soonyoung jadi asisten Jeon Wonwoo ngasihin snack ke si meong, much to his unexpectation what his day would be.