191.
โ.....โ
Panas. Terik menyelekit, membuat Wonwoo diam-diam membuka kancing kedua kemeja putihnya yang longgar. Asisten Mingyu bernama Seokmin itu berbaik hati memakaikan topi dan kacamata hitam pada sang Omega sebelum turun dari mobil tadi, paham bahwa kebanyakan Omega tidak kuat dijemur di bawah mentari siang hari bolong. Apalagi akhir-akhir ini Jakarta panas banget, liek, P-A-N-A-S banget, ngebakar sampai ke kulit, nggak paham lagi, ya Allah...
Terlebih lagi, menilik di mana mereka berada sekarang...
โKenalin, Won, Omega-nya Mingyu yang dulu.โ
Wonwoo meneguk ludah. Peluh menitik dari dagunya. Pandangannya mulai pening meski dari balik kacamata hitam.
โNamanya Joshua.โ
Seokmin, dalam balutan kaus santai dan celana jins, duduk tanpa ragu di depan sebuah nisan. Nisan yang bersih terbuat dari batu putih. Diukir di atasnya dalam cat emas, sederet huruf dan tanggal:
Hong Jisoo
30 Desember 1995 โ 18 Februari 20xx
โ......โ
โHalo, Joshua,โ Seokmin mulai bicara. Nadanya sangat lembut di telinga Wonwoo. Awan berarak dan, untungnya, memutuskan untuk menutupi mereka berdua. Wonwoo menghela napas lega sebelum fokus kembali ke Alpha di depannya.
โApa kabar? Udah lima tahun aku nggak ketemu kamu...โ
Seokmin berbisik, makin lama makin pelan. Punggungnya makin membungkuk. Kepala makin merunduk. Seakan ia tengah mengucap sebuah rahasia...
โ...aku kangen...โ
...pada orang yang dicintainya.