192.
Mingyu dan Seokmin adalah teman sejak kecil. Ayah mereka berteman sejak masih kuliah, sampai mereka sukses, menikah dan memiliki anak. Walau sama-sama Alpha dan pemilik perusahaan besar, industri yang mereka kuasai toh berbeda sehingga tak ada persaingan di antara mereka. Bisa dikatakan, tak ada yang menghalangi hubungan kekerabatan kedua keluarga. Mingyu tumbuh bersama Seokmin, berbagi tawa dan kenakalan bersama.
Sampai datanglah hari itu. Hari dimulainya keretakan hubungan mereka.
“Gyu, sudah mainnya! Ke sini! Ada rekan bisnis Ayah, ayo kamu kasih salam!”
Mingyu menurut. Usianya masih belia kala itu. Masih SMP kelas dua. Dia menggeret Seokmin karena enggan merasa bosan sendirian, harus bermanis-manis di depan rekan kerja ayahnya.
Ketika dua anak lelaki itu tiba di ruang tamu, mata mereka tertuju ke sosok yang duduk di samping seorang pria besar dan gemuk. Anak lelaki, sepertinya seumuran mereka, berwajah manis dengan mata mirip kucing. Mingyu hanya perlu menarik napas satu kali untuk mengetahui second gendernya.
Madu dengan krim segar.
Omega.
“Ini anak Om, Mingyu. Yang ini Seokmin, teman Mingyu,” ayahnya mengacak rambut Mingyu. “Mingyu, ini anak teman Ayah. Namanya Hong Jisoo.”
“Joshua.”
Mingyu kaget. Ia belum pernah bertemu dengan Omega yang berani memotong omongan Alpha. Namun, ekspresi Jisoo—err, Joshua—tetap kalem, seolah apa yang ia lakukan barusan bukan hal yang besar. Mingyu berusaha mati-matian untuk tidak menertawakan wajah ayahnya yang, jelas, sama terkejutnya atas kejadian itu. Ayah anak itu menyikut putranya, yang tidak diindahkan sang Omega.
“Mm, yah. Joshua,” ia bisa mendengar sedikit nada kesal dalam kalimat ayahnya. “Dia seumuran denganmu, Gyu, dan dia Omega.”
Mingyu mengernyit.
“Kamu Alpha.”
Kemudian, bola matanya melebar. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini. Serta merta, ia mengencangkan pegangannya di pergelangan tangan Seokmin.
“Kami sudah menjodohkan kalian berdua! Yang akur ya!” tawa lelaki itu lepas, disusul oleh tawa kedua dari ayah anak itu.
Mingyu memandang Seokmin, lalu ke wajah sang Omega. Lagi-lagi dia dibuat kaget, karena Hong Jisoo hanya menatapnya dengan ketenangan yang mengerikan...
__
“Lo nggak mau protes, gitu?”
Joshua menggeleng. Mereka diusir dari ruang tamu, dipaksa ayah mereka untuk bermain bersama dan mulai mengenal satu sama lain. Mingyu hanya mengangkat bahu sambil lalu, kemudian mengajak Joshua dan Seokmin untuk duduk di taman belakang rumahnya. Bunga Bougenville sedang berkembang, mencelup taman itu dengan ungu pekat di sana-sini. Di bangku taman yang panjang dan terbuat dari besi lah mereka bertiga duduk berjejeran—Joshua diapit kedua Alpha—bengong memandang langit yang mulai memerah menuju senja.
“Seriusan? Gue mau protes sih. Si anjir, gue baru umur berapa hoi. Yakali gue udah keiket sama satu orang, pacaran aja belom pernah!” tegas Mingyu.
“Ciaa yang lagi naksir kakel~“
“Diem, Seok, ato mau cium tinju gue, hah?!” seketika itu juga, pipi Mingyu merona.
“Eh? Lo ada naksir orang?” Joshua menelengkan kepala
Seokmin tersenyum pada sang Omega sembari menjelaskan. “Jadi ada kakel kita, cakep banget. Cantik, malah. Kebetulan dia Omega juga. Ketua OSIS, terus supel banget. Kenal satu sekolah,” ucapnya.
“Hee...”
“Berisik ah!” Mingyu melipat lengan di dada. “Gue cuma kagum karena dia Omega, tapi bisa jadi ketua OSIS!”
“Tapi cakep kan~” Seokmin meringis.
“C-cakep sih...”
“Naksir kan~“
“Diem!!”
“Pfft—”
Persis ketika itulah, Joshua tertawa. Gelaknya lepas dan lugas. Ia tertawa tanpa beban, seolah ia lupa kalau ia baru saja dijodohkan di luar keinginannya. Mingyu dan Seokmin pun bungkam, hanya menatap Omega itu.
Terpukau.
Terutama Seokmin.
”...Lo lebih bagus ketawa,” senyum Seokmin lembut, membuat Joshua menunduk malu.
Kalau boleh jujur, Mingyu merasa janggal kala itu, namun ia dengan cepat melupakannya.