narrative writings of thesunmetmoon

196.

#minwonabo

“Aku masih inget telepon itu. Malam sebelum aku sama Joshua tunangan.”

Kepala Mingyu di pangkuannya, sementara tangannya mengelusi lembut rambut cokelat sang Alpha.

“Pas aku nyampe, Seokmin nangis. Memelas. Dia cuma bisa ngomong satu kata: Joshua. Gue harus nanya ke petugas medis soal rincinya. Dari situ, gue langsung bawa Joshua ke rumah sakit bokap gue.”

Mingyu diam sejenak, memejamkan mata untuk menenangkan keresahannya dengan wangi Omega-nya.

“Dia bau Seokmin. Reek of him,” gumamnya. Mingyu mengangkat kepala untuk menatap Wonwoo. “Kamu percaya kalo aku bilang aku baru tau mereka pacaran pas itu?”

Wonwoo diam saja. Ekspresinya tidak berubah.

“Setahun, katanya. Setahun pacaran dan sama sekali nggak bilang ke aku. Insting pertamaku itu aku mau gamparin Seokmin. Aku marah akan banyak hal. Joshua meregang nyawa. Dibohongin sahabat sendiri. Apa dia nggak percaya kalo aku bakal ngalah mundur kalo dia bilang mereka pacaran?”

Mingyu mulai panik.

“Kalo aja dia bilang. Harusnya. Kalo dia bilang sebelumnya. Kalo aku tau...”

“Mingyu,” Wonwoo menangkup wajah Alpha-nya dengan kedua tangan. Napas Mingyu memendek. Matanya mulai sembab. Mingyu panik secara tidak wajar. Ini, pikir Wonwoo. Ini yang dia sembunyiin. “Kenapa?” tanyanya hati-hati.

Mingyu menarik napas dalam-dalam. Bibirnya bergetar ketika ia mendesahkan kalimat selanjutnya,

Aku maksa dia, Won...”

Wonwoo menelan ludah. Mingyu menekan tangan Wonwoo di wajahnya, berdoa dalam hati kalau Omega-nya tidak akan meninggalkannya setelah ia membuka segala dosanya di masa lalu.

“Aku maksa Joshua. Aku nggak tau kalo dia dan Seokmin pacaran. Aku nggak tau...,” kepalanya merunduk hingga poninya menutupi mata, meski Wonwoo yakin air mata telah tumpah dari sana. “Kalo aja mereka bilang, kalo aku tau...kupikir, kupikir...toh dia Omega aku dan toh aku bakal nikah sama dia...dan waktu itu aku lagi khilaf, aku kesel juga. Soal kerjaanku. Soal bokap yang nggak peduli seberapa seringnya aku protes kalo aku nggak mau dinikahin sama dia. Aku juga kesel sama Joshua karena dia nerima aja, nurut aja. Aku nggak tau aku mikir apa pas itu...”

Suara seraknya semakin hilang.

I raped him...”

Dan kini dia melakukan hal yang sama dengan Minghao.

Wonwoo memeluk kepala Mingyu, menyandarkan kepalanya sendiri di sana. Baju sang Omega basah oleh lelehan air mata.

”...Malam sebelum Mingyu ditelepon Seokmin?”

Lemah, Mingyu mengangguk. Wonwoo memejamkan mata.