196.
“Joshua.”
“Ya?” spontan ia mendongak dari layar handphonenya.
“Ini,” Jeonghan membuka profil Whatsapp-nya Minghao dan menunjukkannya pada Joshua. “Namanya Minghao. Dia anak sales di kantor gue, duduknya di sebelah Mingyu.”
Mendengar nama Mingyu disebut, rahang Joshua refleks menegang.
“Terus terang gue nggak tau hubungan dia sama Mingyu gimana, but heads up, nama Mingyu bakal muncul di grup sewaktu-waktu. Lo nggak apa-apa sama itu?”
“Emm...,” Joshua menarik bibir, bersiap memberikan senyum palsunya, namun tatapan serius Jeonghan memaksa senyuman itu untuk layu sebelum berkembang.
”...Kalo lo nggak mau masuk grup ini juga nggak apa-apa kok,” Jeonghan menangkup pipinya. “Sori. Gue seenaknya add elo.”
Anak itu justru menggeleng kuat-kuat.
“Nggak apa,” kemudian, dengan mantap dan senyuman lebar, Joshua menjawab. “Nggak apa-apa.”
“Beneran?”
“Umm.”
Mendadak sadar kalau mereka bertatapan, Joshua seketika menunduk. Pipinya memerah lagi. Malu, di depan orang yang sudah melihatnya berada dalam titik terendahnya. Apalagi, Jeonghan masih menangkup pipinya.
Melihat tingkah anak itu, Jeonghan tersenyum kembali.
“Btw,” sahutnya jahil. “Gue udah malem-malem bawa lo ke IGD. Ngurusin rumah sakit lo. Nemenin lo. Marahin Jun. Dan sekarang ngasih lo 4 temen baru. Mana nih imbalan buat gue?”
“Imbalan?”
Memangnya apa yang bisa Joshua berikan? Dia tak punya apa-apa.
“Imbalan apa—”