narrative writings of thesunmetmoon

197.

#soonwoo

Soonyoung mengintip.

Sedikit saja kepalanya menyembul, hanya untuk melihat apakah ada orang yang dicarinya di bawah tangga di bagian belakang kampus itu. Begitu melihat sebuah punggung yang nampak familiar sedang berjongkok, anak Kwon serta-merta meloncat keluar dari balik tangga, tersenyum amat lebar, dan berseru, hampir berteriak,

“Jeon Wonwooooo!”

Jantungan mendadak. Wonwoo nggak sengaja melepas pegangannya pada pouch Whiskas dan membuat kucing malang itu bulunya tegak berdiri, mendesis galak sebelum kabur sembunyi ke balik puing di ujung. Wonwoo dengan cepat menoleh ke belakang.

“Lo ngapain sih?? Jadi kaget tuh anaknya!”

Mengernyit, Kwon Soonyoung segera meminta maaf. “Sori, nggak maksud...,” ampuunnn >_<;; “Maafin ya...”

Wonwoo mendengus. Dia nggak mengindahkan anak Kwon, fokusnya pada si kucing. Didekatinya puing tempat si kucing melarikan diri dan, dengan sabar, Jeon Wonwoo membujuk kucing itu agar mau keluar dan meneruskan makannya.

“Ayo makan yok? Belom abis nih. Kamu harus makan kan buat nyusuin anak kamu,” lagi, suara lembut yang, sungguh, teramat asing di telinga anak Kwon. “Gimana anak kamu bisa sehat kalo mamaknya nggak sehat? Hmm? Yok sini. Abisin dulu, ntar Papa bawain lagi. Ya?”

Kayak ngomong sama anak sendiri.

“Papa?”

Tersadar kalo Kwon Soonyoung masih di sana, Wonwoo tercekat, dan, dengan cepat, pipinya memerah. Dia berdeham salah tingkah lalu mendelik ke arah si anak Kwon.

“Lo ngapain ke sini, pake tadi dateng-dateng ngagetin?”

“Uh, s-sori, gue kira lo sendirian. Nggak tau ada si meong...,” 😞 “Ini, gue bawain ini...uh, buat si meong sama meong-meong yang laen, eh, mu-mungkin lo butuh...”

Kwon Soonyoung menoleh ke arah tadi dia datang. Jeon Wonwoo ikut menoleh, lalu matanya melebar. Persis di sana, ada makanan kering Royal Canin Persian 2kg sebanyak 5 bungkus. Di sebelahnya, sebuah bungkus plastik penuh dengan makanan basah dengan merk dan jenis yang sama dengan makanan keringnya. Cukup untuk makan kucing-kucing yang tinggal di tempat itu lebih dari sebulan, bahkan untuk memberi makan kucing-kucing dari area kampus lain yang singgah untuk makan di sana.

Karena Jeon Wonwoo hanya diam saja, Soonyoung pun makin cemas, “Eh, k-kalo lo nggak mau, nggak apa sih, biar gue, uh, kasihin ke orang laen, tapi, mm, maksud gue...”

”...Ini biar gue nambah utang ke elo?”

Terus terang, Soonyoung kaget. “Enggak!” buru-buru dia menyanggah. “Sumpah, gue nggak ada maksud. Gue cuma, k-kan kata lo gue, uh, boleh balik ke sini lagi, main sama mereka. Ini tuh cuma, mm, cuma bagian gue nolong mereka. Maksud gue, kan seenggaknya mereka nggak bakal kekurangan makanan...”

Bingung. Gimana supaya Jeon Wonwoo paham kalau maksudnya bukan begitu?? Soonyoung sama sekali nggak bermaksud buruk, apalagi berniat ganda. Dia pikir menyumbang makanan ke koloni kucing yang Jeon Wonwoo perkenalkan padanya saban hari akan disambut baik oleh si anak. Manalah ia tahu kalau efeknya justru sebaliknya.

“T-t-tapi kalo lo nggak mau, nggak apa, eh, bentar, gue hubungin Seok dulu buat minta tolong angkatin lagi—”

Lengan Kwon Soonyoung bergerak ke saku. Jeon Wonwoo, melihat itu, langsung menyambarnya, memberhentikan lajunya. Soonyoung menarik napas. Ia mendongak dan pandangan mereka bertemu dalam jarak dekat. Tangan Wonwoo meremas tangannya. Anak itu mengulum bibir bawahnya seakan sedang perang batin, lalu dia menarik napas dalam-dalam dan dihembuskan.

”.....sih.”

Suasana hening. Kwon Soonyoung mengerjap sekali, dua kali.

“Hah?” dia menelengkan kepala. “Nggak kedengeran. Apa tadi?”

Mendadak saja, tangannya dilempar. Jeon Wonwoo berbalik lalu berderap menuju puing, kembali berjongkok dan membujuk si kucing agar mau keluar. Kwon Soonyoung hanya bisa mengerutkan alis, super kebingungan akan polah Jeon Wonwoo, yang kalau disingkatkan menjadi dua kata dalam kamus gahoel Twitter atuy galon:

Kgk jls.

_
*) credit to @tq3illl