narrative writings of thesunmetmoon

198.

#gyuhaooffice

Ping!
Ping!
Ping!
Ping!
Ping!

Berisik banget anak-anak itu membombardir grup chat mereka. Andai mereka tahu kalau orang yang dicari tengah menempelkan bibirnya ke bibir anggota baru mereka.

Handphone di tangan Joshua pun jatuh begitu saja ke atas selimut.

Detik berikutnya, Jeonghan menarik wajah sedikit untuk melepas ciuman mereka, penasaran akan reaksi anak itu. Ketika ia menatapnya, wajah Joshua merah padam. Matanya memancarkan kebingungan.

โ€œKaโ€”apโ€”kenaโ€”โ€ ia berusaha membentuk kalimat tanya yang lengkap, namun kepalanya terlalu penuh oleh kata-kata, berserakan tak teratur.

Melihat reaksi menggemaskan itu, Jeonghan tertawa kecil, sebelum menyatukan lagi bibir mereka, ditemani sentakan napas Joshua yang membelai bibirnya dengan lembut.

Akhirnya...

Jujur, sejak ciuman pertama mereka, sebuah akting untuk menghalau Mingyu, ia ingin mencium anak itu lagi. Ingin tahu seberapa jauh ia bisa mendorong anak itu ke jurang. Tingkahnya, dan sejarah kelamnya, membuat Jeonghan berpikir mencium Joshua pasti panas dan terburu-buru.

Betapa ia salah besar.

Anak itu, di bawah bibirnya, seperti perawan kemarin sore. Manis. Naif. Tidak tahu harus membuka atau menutup mulut. Kebingungan harus menjilat atau menggigit. Jadi, ia diam saja, membiarkan Jeonghan mengambil alih.

Tak tahan, Jeonghan menjauhkan muka, tertawa lugas, meninggalkan Joshua masih dalam keadaan terhipnotis. Bibirnya basah dan agak merah. Pipinya merona, bahkan bulan di luar kalah indah. Pandangannya pada Jeonghan sayu, seolah ia baru dibawa tinggi ke angkasa dan dibiarkan di sana.

โ€œThat is not what I expected,โ€ dengus Jeonghan geli. Menarik. Anak ini menarik. Ia kemudian mengecup bibir Joshua, satu kali, terakhir kali, dengan bunyi agak kencang. โ€œTrims. Gue anggap lunas semuanya.โ€

Jeonghan beranjak dari sisi tempat tidur Joshua, hendak mengacak lemari di samping televisi, mencari baju tidur.

Satu detik.

Dua.

โ€...!!โ€

Joshua, tersadar, membekap mulutnya kuat-kuat dengan kedua tangan. Seluruh wajahnya memerah bagai apel ranum, dari dahi hingga leher.