narrative writings of thesunmetmoon

199.

#minwonabo

“Ini...nggak apa saya kasih ke Mingyu?”

Alis sang Omega mengerut lagi. Ia memegang amplop yang baru saja disodorkan padanya. Titipan, katanya.

“Tolong kasih ke dia,” Seokmin tersenyum. “Joshua nulis itu buat gue dan selama ini gue sembunyiin dari dia, karena gue belom diijinin pergi ke makam dia. Tapi tahun ini, gue dikasih ijin. Jadi gue pikir, mungkin Mingyu perlu tau soal surat ini.”

Ia menambahkan.

“Kalo lo mau baca juga, boleh aja. Lagian, lo bagian penting dalam hidup Mingyu saat ini dan, mungkin, di masa depan nanti?”

Mendengar itu, pipi Wonwoo memerah. Tanpa sadar ia menyentuh scent glandnya yang masih kosong.

“Baca gih,” sang Alpha tertawa ringan. “Ah, tapi tolong rebut juga dari Mingyu kalo suratnya tanda-tanda mau direnyek ato basah ya. Jangan sampe rusak. Balikin suratnya ke gue. Ini harta gue.”

Peninggalan Joshua yang terakhir kali untuknya.

“Mm, boleh...baca sekarang?”

“Boleh.”

Seokmin menumpang kepalanya dengan kepalan tangan, memandang ke luar jendela di samping meja mereka sembari menunggu Omega Mingyu selesai membaca tulisan kekasih hatinya. Sang Alpha kemudian tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Akhir-akhir ini cuaca sangat cerah, mungkin weekend besok ia perlu balik lagi dan menyiram nisan Joshua. Pasti dia juga kepanasan.

Fokusnya kembali ke dunia ketika terdengar isakan dari seberangnya. Seokmin kembali menatap Wonwoo, yang rupanya menutupi kedua mata dengan sebelah tangan sementara tangis menuruni pipinya, menyebabkannya luput akan senyum sang Alpha yang agak pahit saat melihatnya terisak begitu.

”.....Beneran nggak—hiks—nggak apa-apa s-saya kasih ke Mingyu?” desahnya berat.

“Nggak apa,” Seokmin bergumam. “Lagian surat buat Mingyu udah gue robek-robek pas gue nemuin dua itu dari ransel Joshua.” Jadi Mingyu tidak akan pernah tahu kalimat terakhir Joshua buat dia. “Jangan bilang-bilang Gyu ya.”

Itulah pembalasan dendamnya.