200.
“Itu surat dari Joshua buat Seokmin. Seokmin bilang ke saya buat kasih ke kamu,” Wonwoo memberitahunya lebih lanjut saat Mingyu hanya diam membatu dengan amplop di kedua tangannya. “Tapi bukan buat kamu. Nanti dibalikin ke dia. Jadi jangan dirusak ya, Gyu.”
Satu tangannya membelai kepala Mingyu seolah ia berhadapan dengan anak kecil.
“Saya udah baca.”
Tatap Mingyu langsung jatuh padanya. Wonwoo menjawabnya dengan senyuman. Dan ketika Mingyu membuka amplopnya dengan hati-hati, menaruhnya di nakas, lalu mulai membaca isinya, sang Omega menunggu.
.
.
.
.
Lengkingan tertahan, bagai anak anjing ditendangi dan memelas minta ampun. Wonwoo dengan sigap melingkari lengannya ke sekeliling leher Mingyu dari belakang, wajah sang Alpha dia susrukkan ke scent glandnya. Mingyu terengah, tangisnya semakin kencang. Tubuhnya gemetar. Ia merenggut lengan Wonwoo di lehernya seakan itulah penyelamat hidup satu-satunya. Isakannya keras di telinga Wonwoo, walau sang Omega sudah berusaha mati-matian mendorong wangi khasnya untuk menenangkan Mingyu.
Sia-sia. Alpha-nya hancur di pelukannya dan yang bisa ia lakukan hanya terus memeluknya, sampai Mingyu mengumpulkan sendiri remah-remah dirinya dan berdiri tegap lagi. Sampai Mingyu bisa mengampuni dirinya sendiri.
“Mingyu besok kan kerja,” sebulir air mata turun dari kelopaknya. “Ketemu Seokmin.” Nada bicaranya lembut, selembut belaian yang tak kunjung henti diberikan pada Alpha-nya. “Nanti minta maaf ke Seokmin ya?”
Entah apakah Mingyu mendengarnya, namun ia harap, bagaimanapun caranya, suaranya masuk ke hati sang Alpha.