narrative writings of thesunmetmoon

203.

#soonwoo

Klining!

Pintu terbuka lagi dan, kali ini, adalah wajah-wajah yang amat dikenalnya. Jun masih bengong memandangi Xu Minghao, yang sekarang membawa seset sendok, garpu dan sumpit bernuansa kucing ke kasir. Nggak lupa bookmark yang tadi dia taksir. Pandangan itu harus bergeser ke sepasang cewek dan cowok yang baru datang dan langsung melipir ke mejanya.

“Hoi, Junedi!”

“Kok lo di sini?” Wonwoo menimpali.

“Justru gue yang tanya, kali, ini daerah rumah gue??” sambil (memaksakan) ketawa ringan, Jun menjawab mereka. Wonwoo dan Catherine langsung mengambil tempat di meja Jun. “Lo berdua ngapain di sini? Pacaran?”

“Idih najis,” cewek itu mencibir.

“Sarap lo,” Wonwoo nggak mau kalah. “Nih anak minta gue bikinin dia kisi-kisi kuis buat kelas lusa terus udah jadi, eh dia disuruh ngambil aja repot.”

“Kan ini gue ambil??”

“Ya harusnya ambil ke rumah gue??”

“Ngapain gue ke rumah lo?? Ntar gue dikira cewek lo??”

“Udah, udah,” hela Jun sambil menepuk-nepuk tangan kedua anak itu, mencoba menenangkan mereka. Nggak Kwon Soonyoung, nggak Catherine, kerjaan Wonwoo di dunia ini nambah musuh aja setiap detik. Heran banget. Contoh Jun dong. Hatinya penuh sama cinta untuk diberikan pada—

Kosong.

Di kasir udah nggak ada orang. Di kafe itu tamunya cuma ada mereka bertiga. Xu Minghao udah nggak ada di sana.

Mau sedih tapi nggak punya hak.

Akhirnya Jun hanya bisa menarik dirinya kembali ke realita dimana dua teman sekampusnya masih melanjutkan keakraban (?) mereka.

“Mana bayaran jasa gue?”

“Tuhan...sabar, Won, gue cek dompet gue dulu??”

“Sejuta! Nggak pake korting.”

“MAU NAEK HAJI APA GIMANA LU??”

Yeap, peaceful and world as usual, persis seperti ketika dia belum tahu kehadiran Xu Minghao di muka bumi.