narrative writings of thesunmetmoon

212.

#gyuhaooffice

“Ya Allah, beneran...”

“Seokkie!” Jeonghan tertawa terbahak-bahak. Berhubung restorannya agak sepi, mereka diperbolehkan menyatukan dua meja. Minghao dan Seokmin mendorong meja dan kursi. Seokmin duduk di sebelah Jeonghan dan Minghao di sebelah Joshua.

“Jauh-jauh gue jalan, ketemunya lu lagi, lu lagi!” kelakar Seokmin.

“Gue kali yang jauh, jemput Joshua dulu di Jakbar! Lu mah rumah masih satu wilayah juga!” Jeonghan tidak mau kalah.

Joshua menoleh menatap Minghao dan tersenyum. Mau tak mau, Minghao balas tersenyum. Rasanya aneh, menyelaraskan Joshua dalam cerita Mingyu dengan Joshua yang duduk di sampingnya saat ini, tampak manis dan inosen. Ada desir aneh, rasa tidak enak, jengah, berdenyut menyakitkan dalam dadanya ketika ia mengingat sejarah Mingyu dengan Joshua. Entah rasa apa itu tepatnya.

“So, udah ngapain aja kalian?” Jeonghan menunjuk Minghao dengan garpunya, yang dibalas anak itu dengan kernyitan sebelah alis.

“Nonton, makan—”

“Apa yang bagus di bioskop?” Joshua menyelak, meminum susu bobanya.

“Tadi sih kita nonton Star Wars.”

“Oh.“

Joshua memandang Jeonghan. Yang dipandang menggeleng, “Nggak ngikutin. Cuma nonton sekali, pas Anakin masih kecil. Sori.” Joshua tidak menyembunyikan kekecewaannya.

Jeonghan tersenyum.

“Nonton sendiri juga enak kok,” tangan Jeonghan luwes mengacak rambut Joshua, mengelus kepala anak itu.

“Maunya berdua...,” gerutunya, memancing tawa Jeonghan lagi.

“Kalo mau berdua ya yang bisa gue tonton juga,” ringisnya.

Mengangguk, Joshua menunduk, berkutat dengan handphonenya. “Aku cek Cineplex dulu kalo gitu,” parasnya bersungguh-sungguh.

Gemas, Jeonghan pun maju untuk mengecup bibir Joshua dengan santai.

“Mas Han—!” muka Joshua memerah. Buru-buru, dia menengok ke arah Minghao dan Seokmin, yang terang-terangan melongo. Sumpit di tangan Seokmin jatuh ke meja, sementara Minghao terbatuk, hampir tersedak air putih. Makin malu lah dia, menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.

“Salah sendiri gemesin,” goda Jeonghan.

“Mas,” kernyitan alis Minghao makin dalam. “Kalian tuh udah jadian apa gimana?”

“Nggak kok.”

“Tapi itu? Cium-ciuman?” Minghao melirik ke sekelilingnya. “In public?“

Jeonghan mengangkat bahu sambil lalu. “None of my concern, nor none of their business. Yang penting Joshuanya keberatan atau nggak.”

Jeonghan menatap anak itu.

“Joshua?”

Ia mendongak.

“Lo keberatan gue cium?”

Terkesiap, Joshua menunduk lagi, agak lama, lalu perlahan menggeleng.

“Seriusan?” Seokmin menekankan pertanyaannya.

Joshua mengangguk.

“There you go. Consent,” diraihnya tangan Joshua untuk dikecupnya. “Nggak mau coba, Kalian? Lo berdua jomblo ini kan? Ciuman itu enak, lho. Nggak rugi apapun pula. Siapa tau kalian malah jadian dari ciuman.”

Minghao dan Seokmin bertatap-tatapan. So awkward...