narrative writings of thesunmetmoon

231.

#gyuhaooffice

“HAPPY NEW YEARRR!!”

“BELOM, GOBLOKK, LIMA MENIT LAGI!”

Minghao menghela napas menonton tingkah keempat anak itu. Yang satu nari-nari sambil niup terompet. Yang satu mukanya merah, melokin yang lain sambil nangis. Yang satu pura-pura jadi nenek-nenek. Yang satunya lagi ketawa mulu tidak jelas sambil mengatai yang lain.

Pijat kening. Mabok ini mah pada, jelas banget.

Duduk di sisinya, Kim Mingyu tertawa. Mereka berbagi sebotol anggur yang diam-diam diselundupkan lelaki itu dan dikeluarkan ketika Minghao mengeluh bir tidak akan sanggup membuatnya mabuk. Isi botol telah berkurang 2/3-nya sejak setengah jam yang lalu, diminum sambil mengudap potongan keju dan menonton teman-teman mereka bermain kembang api kecil.

Jam 11:55. Di kejauhan, kembang api besar disulut dari villa-villa lain untuk kemudian meledak di kegelapan, menjadi bunga artifisial yang bercahaya indah. Minghao terpukau memandanginya, tidak menyadari Mingyu yang sedari tadi memandangi wajahnya.

Saat ia melirik, pipi Minghao merona.

“A-apa?”

“Humm,” bibir Mingyu manyun. “Tiga kali ya?”

Makin meronalah, ia.

“Apasih?!” dia melotot galak.

“Payah,” mendadak, Minghao merasakan usapan ibu jari Mingyu di bibir bawahnya. “Kalo gue...tiga kali nggak akan cukup...”

Tenggorokannya terasa kering. Ia menjilat bibir, tak sengaja malah ikut menjilat ibu jari Mingyu, membuat lelaki itu menelan ludah kentara.

Wajah Mingyu semakin dekat. Ia pun berontak.

“Apa sih, lo mabok ya—”

“Iya.”

Tangkupan tangan pada rahang Minghao tidak goyah. Sorot matanya membekukan aliran darah lelaki itu. Bagai katak siap dimangsa.

“Iya. Gue mabok, Hao.”

Bisiknya ke bibir lelaki itu.

Terompet. Derai tawa. Wangi daging bakar. Kembang api meledak kencang.

“Anggep aja begitu.”

Dan bibir Kim Mingyu terasa hangat di atas bibirnya.