narrative writings of thesunmetmoon

234.

#gyuhaooffice

Sekerjap mata, Joshua diseret ke arah panggung. Jeonghan mengetuk microphone, menyita fokus semua keluarga dan kerabatnya di sana.

“Oke. Kenalin, ini Hong Jisoo. Joshua. Performer tadi. Sekaligus calonnya Mas. Selamat tahun baru, semua, harap tunggu undangan dari Mas ya. Secepet mungkin Mas kirim ke semua. Pinginnya sih besok, tapi sayang percetakan tutup.”

Ibu Jeonghan tertawa. Ayahnya memandang bingung, tapi melihat bagaimana putranya tampak bahagia, ia pun hanya menghela napas dan tersenyum. Adik perempuannya men-cieeee paling kencang bersama para sepupunya.

“And also,” Jeonghan memeluk pinggang Joshua, yang kini pipinya semerah bibirnya. “It was his birthday yesterday. Happy birthday, baby...”

Ia tidak bisa apa-apa ketika Jeonghan mencium bibirnya. Di atas panggung. Di depan seluruh keluarganya. Joshua jadi pusing akan semua yang terjadi. Ia sama sekali tidak mengharapkan ini.

“Mas Han...”

Kecupan lagi.

“Gemes,” kekeh Jeonghan, sebelum ia berbalik ke microphone. “Oke! Met tahun baru ya! 2020 Jeonghan merit, Ma! Your wish comes true on your birthday!”

“No, Darling,” gelak tawa ibunya tak berhenti saat ia mengangkat gelas sampanyenya. “Our wish. All of us.” Suaminya lalu mengecup pipinya.

Jeonghan meringis, membawa Joshua turun. Meninggalkan segala ucapan selamat, derai tepuk tangan, sahutan menggoda, juga tawa. Meninggalkan itu semua untuk memberi hadiah ulang tahun yang diminta Joshua.

Semalaman. Sampai yang bisa ia rasakan hanya Yoon Jeonghan, di dalam dan di luar.

Anak itu.

Anak yang kesepian itu.

Yang dibuang orangtuanya sendiri.

Yang digunakan oleh orang yang dia cintai.

Yang membunuh dirinya sendiri dua kali.

“Joshua?” Jeonghan berbalik, menatapnya. Dua lengan membuka lebar, selebar senyumannya. “Nanti gue bagi nomor kontak Mama, Papa, adek gue juga ya?”

Joshua balas tersenyum bahagia, sebelum melompat memeluknya.

Anak itu.

Kini pulang.