234.
Begitu sampai rumah, langkah Wonwoo terhenti. Ada onggokan sesuatu persis di depan pintu rumahnya. Warnanya hitam dan besar. Meneguk ludah, anak itu mendekat, mendekat...dan menemukan, bukan suatu benda, namun seseorang.
Anak terkaya di negeri ini, mungkin.
“Kwon?”
Onggokan itu berkedik, lalu melonjak. Ada kepala menyembul keluar. Rupanya anak Kwon itu duduk mengerucut seperti fetus dan menarik jaket besarnya yang berwarna hitam sampai membungkus keseluruhan dirinya. Matanya mengerjap-ngerjap cepat seperti orang baru bangun tidur. Dan mungkin memang begitulah adanya, sebab Kwon Soonyoung menguap lebar sedetik kemudian.
Wonwoo memandanginya dalam diam sambil kedua tangan masuk ke saku.
“Lo ngapain tidur depan rumah gue?”
“Mmm...,” dikuceknya mata. “Gue nungguin lo...”
”...Buat?”
Tapi tidak ada jawaban. Anak Kwon hanya berdiri perlahan. Ditepukinya pakaian, sok sibuk. Entah pura-pura tidak dengar atau memang tidak mau menjawab, yang jelas Wonwoo tidak akan membuang waktu dengan percuma untuk kedua kalinya. Dia tadi sudah menunggui Catherine selama setengah jam di tempat mereka janjian, hanya untuk dibatalkan mendadak. Dia tidak akan marah karena sepertinya alasan pembatalan itu memang urgent dan penting, tetapi bohong kalau dibilang Wonwoo tidak kesal karena waktunya sudah terbuang sia-sia.
Ya sudahlah. Mendingan dia masuk dan meneruskan kerjaan dia ngebuatin tugasnya anak-anak. Lumayan kan nyicil, biar Senin sudah ada duit masuk lagi.
Wonwoo menepuk-nepuk saku jins, lalu saku kemeja denimnya. Kunci rumah ia temukan di sana. Ia hendak memasukkan kunci tersebut ke lubang kuncinya ketika ia merasakan tatapan dari belakang kiri.
Anak Kwon. Right. Wonwoo sempat lupa.
”...Lo ada perlu sama gue?” sebelum dia membuka kunci, dia berbalik, menghadap anak itu secara langsung.
Malah anak itu diam saja.
“Kalo nggak ada, gue mau masuk.”
Masih diam saja.
??? Maunya apa sih???
“Lidah lo dimakan kucing?”
Kali ini, anak Kwon menelengkan kepala karena tidak paham apa maksud Jeon Wonwoo. Gemas (bukan secara positif), Wonwoo menahan diri untuk tidak mengusir anak itu langsung. Ia menghirup napas lalu menghelanya lagi dengan berat.
“Gue udah ketemu lo tiap makan siang dan sekarang, hari Sabtu pun, gue harus banget ketemu lo lagi?” celotehnya kesal. Jeon Wonwoo berbalik, dengan cepat memasukkan kunci, memutarnya hingga berbunyi 'KLEK!' kencang, dan menekan kenop hingga pintu mengayun terbuka. Tapi, bukannya langsung masuk, dia minggir ke sisi kanan.
“Masuk.”
Perintahnya pada Kwon Soonyoung yang menatap dirinya dan pintu yang terbuka itu bergantian.
“Cepet.“
Di bawah pelototan galak Wonwoo, anak Kwon akhirnya menurut dan mengangguk sedikit padanya sebelum melewati pintu. Wonwoo menyusulnya dan menutup pintu, secara otomatis memisahkan kediaman keluarga Jeon dari dunia luar.
Klek.