242.
Minghao memencet send di aplikasi Whatsappnya. Jihoon barusan menanyakan mengenai follow up klien yang dia pegang. Ada sedikit kendala, sesuatu tentang barang tertahan di bea cukai.
Untungnya, Minghao sudah mempertimbangkan posibilitas tersebut dan segera menghubungi bagian logistik untuk langsung menelepon bea cukai. Ia pun menjelaskan detail kejadiannya pada Jihoon, yang dibalas yang bersangkutan dengan emotikon acungan jempol.
Gimana, lo?
Hmm? Tumben Jihoon mengajaknya mengobrol.
Lagi nunggu, Bang.
Oke.
Minghao menunggu tulisan Typing... di sudut kiri berganti.
Kalo ada apa-apa, cerita.
Mau tak mau, ia tersenyum.
Thanks, Bang.
“Bapak Minghao? Bapak Xu Minghao?”
“Iya.”
Spontan, ia berdiri dari kursi tunggunya. Suasana rumah sakit saat itu cukup ramai, padahal masih hari Rabu. Suster yang mengajaknya ke ruangan dokter tersenyum ramah sambil membukakan pintu.
Melihat wajah yang familier, dokternya tersenyum lebar.
“Pagi, Dok,” ia menyapa. Tangan terulur, saling menjabat.