250.
“Lo telat.”
Hampir saja Seokmin menyambit sosok itu dengan ID Cardnya.
“KAGET, ANJING!” serunya, memegangi dada.
Di kantor yang seyogianya sepi, Mingyu sedang duduk di mejanya sambil membaca koran pagi. Seokmin menyeret kakinya untuk duduk di depan Mingyu, menurunkan paksa koran di tangan Alpha tersebut.
“Eh, gimana? Udah baekan?” ringisnya lebar.
Mingyu hanya tersenyum lemah.
“Nggak,” dia balik membaca korannya. “Gagal total, bro. Boro-boro dimakan. Disentuh aja enggak.”
“Hah?”
“Ya gitu. Pas gue pulang kemaren, sarapannya masih utuh di meja. Notes gue juga masih kelipet. Nggak disentuh,” kekeh Mingyu. “Nggak lagi-lagi deh gue minta saran dari lo. Ga guna.”
Seokmin diam. Alisnya berkerut bingung. Rasanya Wonwoo bukan tipe orang seperti itu dan ia yakin strateginya bisa sukses meluluhkan hati sang Omega. Apa segitu parahnya dia marah ke Mingyu?
“Seriusan dia begitu...?”
Mingyu tidak menjawab, hanya mendengus gusar. Kening Seokmin berkerut.
Aneh.