262.
“Cheol...”
“Hmm?”
“Maaf ya? Gegara aku, semua batal...”
Sang Alpha tidak berkata apapun. Ia hanya tersenyum sayu sambil terus membelai tangan Omega-nya. Dimajukannya tubuh untuk mengecup kening Jeonghan, lalu pipi, dan terakhir pada bibirnya. Lembut dan menenangkan. Omega-nya mendesah saat bibir mereka terpisah.
“Jangan dipikirin, Sayang, yang penting kamu sembuh dulu. Kamu sembuh, sehat lagi, nggak sakit lagi, baru kita omongin ya?” dielusnya pipi halus Jeonghan yang agak tirus karena diopname seminggu itu. “Kamu nggak usah mikirin selain itu. Semua nggak apa-apa kok. Kita tinggal pilih tanggal lagi aja.”
“Cheol...”
Seungcheol tersenyum saat Omega-nya menyusrukkan pipinya ke telapak tangannya. “Hmm...?” gumamnya.
“Temenin aku tidur?”
“Lho, kan tiap malem juga aku tidur di sini,” kekehnya.
“Temenin di sini...,” Jeonghan menggeser dirinya di ranjang pasien yang tidak terlalu lebar itu. “Aku kangen tidur melok kamu...”
“Nanti dimarahin suster, lho,” dihelanya napas melihat tingkah Omega-nya tercinta.
“Alpha...”
Mendengar rengekan Omega-nya segemas itu, Seungcheol tak punya pilihan lain.