narrative writings of thesunmetmoon

265.

#minwonabo

Mereka duduk dalam diam, berseberangan, di ranjang sang Alpha.

”...Aku nggak suka kamu deket-deket sama Alpha itu,” aku Mingyu, memecahkan keheningan.

“Channie waktu itu lagi ngajarin saya. Dia punya pacar.”

“Alpha lain juga. Aku nggak suka,” Mingyu memegangi kepalanya. “Kamu nggak tau wangi kamu, Won... Wangi kamu itu kuat banget... Pas kamu heat, di IKEA, waktu itu... kamu inget? Mungkin kamu nggak sadar, tapi Alpha satu toko langsung noleh ke kamu, bahkan Alpha yang mated. Aku...aku masih inget pandangan mereka...”

Mingyu mengangkat kepala, menatap Wonwoo tepat di mata dalam kengerian yang nyata.

”...kayak kamu makanan terlezat yang mereka harus cicipin...”

Wonwoo menelan ludah, sedikit takut.

“Makanya, aku nggak suka ada Alpha lain pegang-pegang kamu. Aku nggak suka. Aku takut...aku...”

Dihelanya napas.

“Aku cemburu...”

Wonwoo menunduk, kacamata ia naikkan dari ujung hidung. “Oh gitu. Mingyu cemburu sama Alpha lain ya...,” decaknya. “...baguslah.” Nada sang Omega amat ketus, membuat Mingyu kaget. Wonwoo cuma memandangnya datar.

“Mingyu pikir saya nggak cemburu? Pas saya masuk ke kantor kamu dan kamu lagi meluk Beta itu? Berani-beraninya kamu terus meluk dia, padahal saya ada di situ, dan kamu buat saya nontonin Alpha saya meluk orang lain?” Wonwoo mendekat, tanpa henti menumpahkan semua yang ia tahan selama ini.

“Mingyu pikir saya nggak malu? Pas kamu ninggalin saya di mobil, pas saya paling butuh kamu? Mingyu ninggalin saya, malah terima telpon dari Beta itu seolah saya nggak ada, nggak lagi nangis mohon-mohon karena Alpha saya ninggalin saya pas heat.”

“Won...”

Omega itu mengangkat dagu Alpha-nya dengan kasar.

“Mingyu pikir gimana perasaan saya......pas Seokmin bawa saya ketemu almarhum Omega kamu?” napas Wonwoo mulai memendek. Suaranya pun parau. “Kenapa saya harus tau soal itu dari Seokmin, bukan dari kamu...? Apa Mingyu pikir saya nggak ada hubungannya?”

“BUKAN!” cepat, Mingyu menyangkal. Tangan Wonwoo di wajahnya ia tangkup. “Kamu ada hubungannya. Selalu ada. Aku cuma...kupikir...aku mau ajak kamu ketemu ibuku dulu dan abis itu ke makam Joshua, tapi rupanya nggak berjalan sesuai urutan begitu...”

Mingyu menarik napas, hampir tercekat.

“Aku takut, Won. Aku takut sama kamu. Kamu...sejak awal, aku udah mendadak masuk rut pas ketemu kamu. Alpha di dalamku mau kamu. Dan aku takut kalo aku bakal ngelakuin hal yang sama kayak Joshua ke kamu. Aku kekang dia, Won, aku kekang Alpha di dalamku selama ini. Tiap menit, tiap detik, aku takut aku bakal nyakitin kamu. Aku takut nyakitin siapapun. Aku nggak mau lagi—”

“Dan, pada akhirnya, kamu nyakitin saya, Mingyu,” kata-kata Wonwoo yang tenang menghujam langsung ke jantung Mingyu. “Kamu nyakitin saya. Kamu nyakitin Seokmin, Joshua, Minghao... Kamu nyakitin diri kamu sendiri...”

Mingyu berdeguk.

“Mingyu,”

Wonwoo mengelus pipi sang Alpha.

“Kapan Mingyu mau gigit saya?”

Elusan pada pipinya lembut dan bergerak monoton.

“Tergantung,” Mingyu berbisik. Alis Wonwoo mengerut. “Kapan kamu mau cerita ke aku soal trauma kamu?”

Elusan seketika berhenti. Wonwoo terpaku. Sedetik, dua detik, seluruh jiwanya bagai hilang. Lenyap.

Kemudian, mendadak, ia mendorong Mingyu sekuat tenaga dan melompat turun dari kasur. Tergesa-gesa.

“Wonwoo!” Mingyu refleks mengejar Omega itu.

Lari. Pintu.

“WON!”

Lari.

BRAKK!!

Pintu terbanting menutup di depan matanya. Tak ada celah lagi untuk kabur. Punggungnya panas oleh dada Alpha yang memeluknya erat, seakan Alpha tersebut tak sudi melepaskannya lagi.

“Maaf, maaf... Aku nggak akan maksa kamu cerita lagi, maaf...,” jantung Mingyu berdebar tak karuan. Sekujur tubuhnya gemetaran. “Jangan pergi. Jangan lari dari aku, Sayang, maaf...”

Lemas, Wonwoo merosot ke lantai, membawa Mingyu bersamanya untuk ikut terduduk di sana. Rasanya jiwanya masih melayang, belum kembali ke raganya. Kepala dan hatinya hampa. Hanya isakan dan kata 'maaf' berulang-ulang yang menembus dinding tebal tak kasat mata yang ia ciptakan untuk melindungi dirinya sendiri.

Ia memejamkan mata. Lelah akan realita.

Dalam dunia mimpi, ia bisa bersama Alpha-nya. Berdua saja. Berbahagia...