275.
“Ma...”
Wanita itu menoleh, lalu tersenyum ceria saat melihat siapa yang datang. “Mingyu!” serunya. Di ruangan besar berwarna krem dan putih itu, jendela dibuka lebar. Tirai menari-menari ditiup angin siang hari. Persis di sebelah jendela kamar ibunya, ditanam bebungaan cantik beraneka warna di perkarangan rumah sakit. Sengaja, atas perintah Mingyu.
Sang Alpha memeluk ibunya. Berhati-hati agar tidak membebani tubuhnya yang ringkih. Di mata Wonwoo, ibu Mingyu nampak muda dan ceria, andai saja tidak ada begitu banyak alat berbunyi perlahan di sekitar ranjang wanita itu...
“Siapa ini?”
Wonwoo tersadar.
“Kenalin, Ma, ini Wonwoo.”
Segera, Wonwoo mencium tangannya. Sekali endus dan ibu Mingyu langsung paham. Wangi kue yang manis. Omega. Dan hanya ada satu arti ketika anak lelaki semata wayangnya yang Alpha membawa seorang Omega untuk datang menemuinya.
“Mingyu...?” diliriknya jahil, meminta penjelasan lebih lanjut. Separuhnya karena ia senang melihat ekspresi anak lelakinya yang salah tingkah.
“Emm...ini Wonwoo, c-calonnya Mingyu, Mah...,” hampir menyerupai gumaman tak pasti karena wajah sang Alpha merah padam.
Entah kenapa, Wonwoo jadi ikut malu mendengarnya. Ia menunduk secara refleks. Terlebih lagi ketika Mingyu merangkul pundak Wonwoo di depan ibunya.
“Mingyu udah ngelamar Wonwoo kemarin, Mah, dan Wonwoo nerima lamaran Mingyu. Jadi, Mingyu ke sini mau minta restu sama Mama dan, emm, moga-moga Mama nerima Wonu jadi mantu Mama, hehe...”
Malah jadi makin malu si Wonwoo.
“Udah ijin orangtua Wonwoo, Gyu?”
“Orangtua saya udah nggak ada, Tante,” Wonwoo spontan menjawab. “Meninggal awal tahun ini.”
“Oh, maaf...,” wanita itu menangkup pipinya sendiri. “Kenapa, kalo Tante boleh tau?”
“Kecelakaan, Tante,” Wonwoo tersenyum sedih. Mingyu menatapnya dengan sudut pandang yang baru. Dipikir-pikir, ia tak tahu-menahu soal hal tersebut, juga tak pernah bertanya pada Wonwoo mengenai apa yang terjadi pada orangtuanya, hanya tahu bahwa mereka sudah tiada. Wonwoo menyadari Mingyu tengah menatapnya, namun ia tak mengindahkan. “Terbang mau liburan. Bulan madu di ulang tahun pernikahan. Saya yang paksa mereka pergi. Saya pikir mereka butuh rehat dari ngurusin saya. Mereka pasti capek, ngurus anak Omega macam saya. Nggak saya sangka, saya harus jemput mereka besoknya di rumah sakit, dalam kantong mayat.”
Suasana mendadak hening.
“Setidaknya mereka cepet ditemuin dalam kondisi utuh, jadi bisa dikuburin bareng-bareng...”
“Won...,” Mingyu menggenggam dan mengelus tangan Wonwoo.
Wonwoo mengangkat muka, hanya tersenyum ceria. “Saya sama Mingyu beli Maquis tadi. Tante mau?”
“Boleh.”
Tapi Mingyu mengambil kotak kue dari tangannya, lalu menyuruh Wonwoo duduk, biar ia saja yang menyiapkan piring dan sendok. Omega itu menurut. Saat disadarinya ibu Mingyu tengah menilainya, Wonwoo hanya tersenyum.
“Pinggul kamu kecil ya?”
Sang Omega mengerjap bingung.
“Pas Tante ngelahirin Mingyu, beratnya hampir 5 kilo. Dia bayi besar, mirip ayahnya yang juga tinggi besar. Pinggul sekecil itu...kamu yakin bisa ngelahirin anak Mingyu?”
Wajah Wonwoo langsung merah padam.
“MAH!!” Mingyu berteriak, tak kalah malunya dengan Wonwoo.
“Apa sih, kan emang gitu?! Mama hampir mati, tau, ngelahirin kamu! Rasanya kayak ngedorong anak gajah dari rahim Mama!”
“KOK NGATAIN ANAK SENDIRI?? KALO MINGYU ANAK GAJAH, MAMA GAJAHNYA DONG!”
“EH SEMBARANGAN YA KAMU, ANAK LANANG!”
Wonwoo tertawa. Pipinya masih tersipu, namun tawa yang Mingyu tangkap bagai irama terindah dalam hidupnya. Apa ya, istilahnya, ketika segala yang menjadi harta berharganya berpusat pada satu orang semata? Oh ya—
“Bucin.”
“Kenapa, Ma?”
“Nggak,” wanita itu menyuap puding karamel yang diberikan anaknya. “Yah, Mama sih setuju-setuju aja. Mama percaya kok kamu nggak bakal milih calon mantu yang tukang mungut harta atau sejenisnya. Tapi kamu kasih tau juga Papa kamu.”
Mingyu mencibir. “Males,” rengek sang Alpha.
“Kim Mingyu,” ancam si wanita. “Itu papa kamu. Gimanapun juga. Kamu wajib bilang ke dia kalo kamu mau nikah sama anak ini.”
“Terus kalo dia nggak restuin gimana, Ma?”
“Emangnya Mama bilang supaya minta restu dia?” seringai si wanita itu jahil. “Mama cuma nyuruh kamu ngasih tau dia kok. Dia restuin kalian ato enggak, emang urusan apa.”
Seringai Mingyu tak kalah jahil. Wonwoo memutar bola mata. Persis ibu, persis putranya.
“Cinta deh sama Mamah~“
“Wonwoo.”
Sang Omega mendongak.
“Selamat datang di keluarga Kim,” senyumnya.