276.
“Selamat sore, Om, Tante.”
Mendengar sapaan Mingyu, Wonwoo berdiam diri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaketnya. Dia berdiri di belakang sang Alpha yang membawa dua buket bunga, masih bingung kenapa Mingyu mendadak menanyakan tempat ini di perjalanan pulang dari rumah sakit tadi. Karena memang searah jalan pulang, jadi, yah, apa boleh buat, dia pun menunjukkannya.
Menunjukkan letak makam kedua orangtuanya yang dikubur dalam satu liang.
“Kenalin, Om, Tante. Saya Mingyu. Saya Alpha anak kalian,” sang Alpha duduk begitu saja, tak peduli rerumputan dan tanah menempel di pakaiannya yang Wonwoo tidak mau tahu harganya berapa. “Saya ke sini mau minta ijin. Saya mau menikahi Wonwoo.”
Sang Omega membuang muka.
“Walau saya banyak kekurangan dan mungkin bukan calon mantu yang sempurna buat Om dan Tante, tapi saya cinta Wonwoo dan saya janji saya akan ngebahagiain dia,” senyuman lemah sebelum ia melanjutkan. “Kalo saya buat Wonwoo nangis, Om dan Tante boleh marahin saya.”
Wonwoo memutar bola mata. Lagi.
“Om, Tante, makasih udah ngelahirin Wonwoo. Makasih udah ngasih saya Omega saya,” pada akhirnya, Mingyu berdiri lalu membungkuk persis 90 derajat ke makam tersebut, sejenak, sebelum kembali tegak. “Kali ini, giliran saya yang jaga Wonwoo.”
Lengannya melingkar di pinggang kekasihnya.
“Omega saya.”
Wonwoo menelan ludah. Rasanya hatinya berdegup aneh. Belum pernah ia mendengar Mingyu menyebutnya seperti itu. Omega saya. Ia suka sebutan itu. Seolah ia pun menjadi milik Mingyu, bukan hanya memiliki Mingyu. Wonwoo menyandarkan kepala ke pundak Mingyu.
”...Udah?”
“Mhm...,” Mingyu mengecup sisi keningnya.
“Pulang...,” rengekan gemas. “Saya nggak suka lama-lama di sini...”
Merapatkan pelukannya pada tubuh Wonwoo, ia mengajak Omega-nya itu pergi. Di atas mereka, langit sore perlahan tapi pasti menggelap, siap menyambut kehadiran Dewi Malam di antara mereka.