narrative writings of thesunmetmoon

293.

#minwonabo

“Mingyu—”

“Wonu—”

Mereka berbicara berbarengan. Mereka berhenti, lalu tertawa bersama. Tawa yang dibagi berdua itu terdengar ringan tanpa beban. Mingyu memeluk pundak Wonwoo, menariknya lebih dekat lagi sampai ia bisa mengecup keningnya dengan lembut. Tawa Wonwoo begitu bahagia. Suara yang ingin ia dengar sepanjang hidupnya.

“Mingyu...boleh ya?” pinta sang Omega dengan manja.

“Kamu beneran mau kerja?”

Wonwoo mengangguk.

“Yakin?”

Mengangguk lagi.

Mingyu mengelus wajah Wonwoo penuh sayang. “Nanti kalo kamu digodain Alpha lain, gimana?” senyumnya.

“Ya nggak apa-apa, nanti saya godain Alpha-nya balik.”

Senyum Mingyu seketika sirna, mendorong Wonwoo untuk mendengus geli, kemudian tertawa lepas. Tawanya perlahan pudar menjadi senyuman jahil ketika disadarinya pelukan Mingyu di pundaknya mengerat. Ada kerut tercipta di antara alis sang Alpha.

“Bercanda kok, Sayang.”

”...Kamu punyaku kan ya?”

“Iya,” kekehan jahil.

“Jangan godain Alpha lain...”

Gemas akan tingkah Alpha-nya, Wonwoo menangkup kedua pipi Mingyu. “Iyaaa, saya godain Mingyu aja juga udah cukup kok,” senyum Wonwoo melembut. Geliginya terpampang. Bahkan taring kecil Omega-nya nampak imut di mata Mingyu.

Ingin ia merasakan taring itu membuat jejak permanen di atas scent glandnya dan ia bisa memamerkan dengan bangga ke mata dunia, bahwa Kim Mingyu sudah diambil seseorang yang juga memiliki tanda di leher yang sama dengannya. Bahwa ia berbau Omega itu, sebagaimana Wonwoo akannya.

Mengerikan, perasaan ini. Ini baru baginya. Asing. Meluap-luap, menyelimuti sekujur tubuhnya dengan rasa hangat yang nyaman.

“Beneran nih?”

“Iya, Mingyu.”

“Kalo gitu,”

Wonwoo tidak sempat bertanya lebih lanjut ketika Mingyu meraih tangannya dan menyelipkan benda dingin di salah satu jarinya. Dua detik kemudian, ia baru menyadari benda apa itu. Sebuah cincin emas putih yang polos dan sederhana, tersemat di jari manis kirinya.

“Biar kamu nggak ada yang godain pas kerja nanti.”

Mingyu sumringah. Pipinya tersipu ketika ia mengangkat tangan Wonwoo untuk mencium ujung-ujung jemarinya. Sang Omega masih syok. Terpana, diangkatnya tangan kiri. Di bawah lampu ruang duduk mereka, logam mulia itu berkilau temaram.

“Mingyu....,” Wonwoo terlalu terpaku. Ia hanya bisa memegangi tangan kirinya yang bergetar. “M-Mingyu...Mingyu, Mingyu, Mingyu...” Dipeluknya perlahan leher Alpha-nya. Kebingungan. Tak percaya.

Takjub.

“Jangan nangis dulu,” Mingyu tertawa lembut di telinga Wonwoo. Elusannya pada punggung sang Omega, menikmati pelukan tersebut. “Masih ada satu lagi cincinnya. Sematin di jari aku ya, Sayang?”

Dengan bibir bawah digigit dan tubuh gemetar, Wonwoo mengangguk. Terlalu bahagia untuk menjawab permintaan Alpha-nya.