3.
Ada sebab kenapa Wonwoo kini menghindar dari abangnya dan sahabat abangnya itu.
Pertama Seungcheol membawa Joshua pulang ke rumah adalah ketika Wonwoo duduk di kelas 3 SD. Melihat orang asing di meja makan keluarganya membuat Wonwoo diam seribu bahasa. Menutup, bagai tumbuhan putri malu. Bahkan saat ibunya menyuruhnya berkenalan dengan Joshua, anak itu diam seribu bahasa. Hari pertama mereka bertemu, Wonwoo hanya mencuri pandang persis tiga detik sebelum mata Joshua menangkap pandangannya. Anak itu refleks menunduk dan lanjut makan.
Kedua kali adalah ketika ibunya menyuruh Wonwoo membawakan kue-kue dan minuman ke kamar Seungcheol. Anak itu memanggil Seungcheol untuk membukakan pintu, tapi yang membukanya malah Joshua. Ada jeda sekedipan mata sampai Wonwoo sadar itu bukan Seungcheol. Di belakang Joshua, abangnya itu lagi sibuk main game. Joshua tersenyum, mengambil kue dan minuman dari tangan anak itu. Ia hendak mengajak Wonwoo untuk ikut main game bersama mereka, namun Wonwoo sudah kembali ke kamarnya.
Mereka tidak beramah tamah sampai setahun kemudian, ketika Wonwoo pulang les bimbel sore hari dan tidak sengaja melewati segerombolan anak SMP yang lagi saling bercanda. Anak itu meleng sedikit karena bunyi klakson mobil. Naas, malah menabrak sedikit sisi lengan salah satu dari mereka.
Singkat kata, anak itu hampir dipalak, dijadikan bulan-bulanan, andai sahabat abangnya itu tidak menonjok duluan muka salah satu dari mereka yang sudah mengangkat tinjunya, siap dilayangkan ke Wonwoo kecil yang gemetaran. Di tengah kaburnya pandangan akibat air mata, Wonwoo melihat abangnya juga muncul, menendang lawan yang lain.
Malam itu, Wonwoo mengetuk pintu kamar abangnya (yang disetrap orangtua mereka karena sudah berkelahi) (lagi) dan memintanya mengajari Wonwoo bagaimana membela dirinya sendiri.
Ketika ditanya alasannya, anak kecil itu hanya melengos, “Aku nggak mau ditolongin kalian lagi.”
Kebetulan keempat adalah ketika Joshua datang untuk menanyakan apakah Seungcheol ada di rumah, tapi malah menemukan Wonwoo berlatih sendirian. Iseng, dia menawarkan diri mengajari Wonwoo. Di luar dugaan, anak itu menerima tawaran tersebut.
Setahun lagi berlalu dan hubungan mereka berubah. Tiap Joshua datang ke rumah mereka, Wonwoo akan berlari ke arahnya, menyeretnya untuk mengajarinya, baik pekerjaan sekolah maupun bagaimana meninju orang secara ampuh. Tentunya tidak hanya itu. Wonwoo juga senang ketika Joshua mengajaknya main game bersama Seungcheol atau melemparkan es krim melona bagiannya yang ia beli di mini market sebelumnya.
Wonwoo merasa memiliki teman selain abangnya. Akhirnya.
Abangnya. Joshua. Serta Wonwoo kecil yang mengintil mereka pergi kemana-mana. Ketika orang lain memuji mereka sebagai tiga bersaudara tampan, mereka cengengesan bertiga. Saat penjaga toko menyuruh Joshua membelikan Wonwoo, adiknya, seporsi ekstra lagi, hati Wonwoo senang karena Joshua akan terkekeh dan mengambil tawaran itu.
Adik.
Wonwoo senang memiliki abang seorang lagi. Ia merasa hidupnya menjadi lebih menyenangkan semenjak Joshua berteman dengan Seungcheol. Wonwoo berharap mereka akan terus begini. Berteman baik bertiga sampai mereka tua, keriput dan mati.
That is—
“Hehe. Hehe.”
”?” Wonwoo mengambil keripik kentang bersalut garam. Seungcheol lagi serius mengalahkan lawan bertarung di layar televisinya, berusaha membuatnya K.O., saat Wonwoo bertanya. “Kenapa tuh Shua, kok senyum-senyum terus, Bang?”
“Oh. Dia—” ctak. ctek. “Lagi bego gegara cewek.”
—sampai Nari menyelip di antara mereka.