narrative writings of thesunmetmoon

309.

#minwonabo

“Wonu...?”

Dia sama syoknya dengan sang Omega. Setelah mengucap namanya, mendadak tenggorokan Jun terasa kering. Lidahnya pun kelu. Dia hanya bisa berdiri di depan pintu, terdiam memandangi wajah yang selama ini hanya muncul dalam kenangan.

Di dalam otaknya, segala jenis kata bertabrakan tak tentu arah, berdesakan ingin keluar lebih dulu. Kata-kata seperti 'bagaimana kabarmu?' atau 'kamu masih ingat aku?' maupun kata yang ia ingin ucapkan sedari dulu pada sang Omega, 'maaf'.

'Maaf.'

'Maafkan aku.'

Dengan tegukan ludah kentara dan suara serak yang ia paksakan keluar bagai dari lubang pasir, bibirnya yang bergetar membentuk suatu kalimat, “Wonu, aku...aku nggak tau harus—”

Jun...?”

Dipotong sebelum memulai, tanpa ampun.

Wonwoo maju selangkah. “Junhui...? Kamu...beneran Junnie?” ucapnya tak percaya. Kaki tidak berhenti bergerak.

Mendengar nama panggilan itu disebut, sang Alpha mau tak mau tersenyum. Sungguh sebuah nama yang membangkitkan kerinduan.

“Iya, Wonnie. Ini aku—”

Ia memperhatikan bagaimana Omega itu mengambil selangkah lagi.

”—Junnie—”

Dan selangkah lagi, hingga ia sampai di depan sang Alpha, persis saat Jun menghela bagian akhir kalimatnya.

”—Alpha kamu.”

Dan inilah yang ingin Wonwoo dengar di malam itu.

Luapan memori melewati batas tak kasat mata, seakan seseorang membuka dam ingatan dan membiarkannya mengalir deras, membentuk spiral memabukkan dari dasar perutnya, terus naik ke tenggorokannya. Ia mual. Memori, yang indah dan yang buruk, bercampur aduk, membuatnya ingin muntah. Alih-alih, Wonwoo merasakan pipinya sudah basah dan sekujur tubuhnya gemetaran.

“Won—”

JANGAN!!” serunya mengagetkan Jun. Wonwoo terduduk berlutut di depan Alpha itu. “Jangan...jangan...kenapa kamu di sini...kenapa kamu balik...

...kamu udah pergi ninggalin saya...”

“Wonwoo...”

Gemetarnya kian menjadi. Wonwoo berusaha melibas ingatan buruknya dengan menunduk, memejamkan mata erat, namun semuanya sia-sia. Memorinya malah semakin menguat. Akan mata Junhui yang selalu menatapnya lembut. Bisikan manis di tengah kegelapan malam. Dan perasaan bahagia yang menyelimutinya ketika kabar itu datang, hanya untuk dihancurkan berkeping-keping sesaat kemudian.

“Maaf...,” bisiknya. Suara lirih penuh ketakutan. Wajahnya didera rasa panik dan bersalah. “Maaf...maaf...Junnie, maaf...”

Air mata tak berhenti mengalir.

“Maaf, Junnie, gara-gara saya...gara-gara saya—”

Jun langsung ikut berlutut dan merangkul Wonwoo. “Stop,” geramnya. Pelukannya erat pada tubuh Omega itu. “Jangan sebut!”

”—bayi kita—”

Kemudian, Wonwoo menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Alpha-nya dan Jun terus saja memeluknya, enggan melepaskannya lagi.