narrative writings of thesunmetmoon

320.

#minwonabo

Di balik tirai beludru warna merah darah, Xu Minghao berdiri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku. Di balik tirai sebelahnya, terpisah oleh pemandangan miris Alpha-nya yang sedang memeluk Omega dari masa lalunya, terduduk Kim Mingyu. Alpha besar itu memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya di sana.

Minghao diam-diam menghela napas.

“Kalo lo perlu tau, keluarga besar Jun di Cina sana nggak kalah berkuasanya sama keluarga lo di sini, tapi emang di sini, dia bukan siapa-siapa,” didongakkannya dagu. “Omega lo harusnya bisa nikah sama dia, ngelahirin anak itu, direstuin ortunya, dulu, kalo dia at least cari tahu siapa sebenernya Alpha dia.”

Percuma. Nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi yang bisa dilakukan.

”...tau...”

“Apa? Nggak kedengeran.”

Mingyu mengangkat wajahnya sedikit. Tanpa perlu mengintip pun, Minghao tahu Alpha itu sedang menangis. Dia selalu seperti itu. Hatinya terlalu lemah untuk ukuran Alpha. Karena itulah, ia dulu jatuh cinta padanya. Mingyu yang besar dan tegap dengan hati serapuh kertas.

“Lo tau soal ini...?” suaranya bergetar.

“Tau,” Minghao melengos. “Jun cerita ke gue tapi dia nggak sebut nama. Tapi gue nggak perlu nanya juga. Dia sendiri yang ngigau, 'Wonnie, Wonnie' gitu. I just put the two and two together.”

Sejenak, ia diam, lalu melanjutkan.

“Bang Hani dan Kwan juga tau. Gue yang kasih tau dan mereka...juga tau gue curiga kalo Omega yang diceritain Jun itu Omeganya lo.”

Isakan teredam terdengar dari tirai sebelah. Mingyu balik membenamkan mukanya ke lutut.

“Jun...nggak tau gue curiga Won itu mantan dia. Dan, yah, lo nggak tau ini semua. Intinya ya gue cuma coba-coba juga. Toh kalo Won bukan, gue bisa alasan biar mereka kenalan aja...”

Kenapa lo nggak kasih tau gue, Hao??” nadanya sedikit naik. Mingyu marah. Overwhelmed, mungkin. Minghao paham betul emosi Alpha itu. Diacaknya rambut, diusapnya muka. Lagi, helaan napas.

”...Karena gue pikir lo seharusnya nggak denger hal sepenting ini dari mulut gue, Gyu, tapi dari mulut Omega lo sendiri...”

Mingyu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Hampir tercekik oleh isak tangis. Entah mengapa ia menangis, ia pun tidak tahu. Hanya saja, memikirkan bagaimana perasaan Wonwoo, sendirian, dalam kondisi yang paling rentan, dan akhirnya harus kehilangan bayinya...air mata tiba-tiba saja meleleh dari pelupuknya.

Bagaimana perasaan Wonwoo ketika Mingyu meninggalkannya sendirian kala itu, dan bagaimana Mingyu ingat ekspresi lega saat Wonwoo terbangun dari pingsan dan kemudian melihat wajahnya...

“Congrats.”

Mingyu menoleh sedikit.

“Itu,” Minghao menunjuk jari manisnya sendiri.

“Oh,” Mingyu mengangkat tangannya. Cincin emas di jari manisnya. Ikatannya dengan Wonwoo untuk sementara, sampai ikatan yang lebih abadi merekah di leher mereka berdua. “Thanks. Lo juga, Hao, selamat.” Kali ini, Mingyu menyentuh area scent glandnya sendiri.

“Hmm,” Minghao tersenyum tipis sambil menyentuh bekas gigitan Jun di lehernya. Bekas yang tidak permanen dan masih menyisakan keraguan. Minghao tidak bisa terlalu lega. Setiap minggu ia dirundung kecemasan, terutama ketika bekas gigitan Alpha-nya memudar dan ia kembali menjadi Beta yang belum diklaim.

Tapi itu urusan nanti. Dia sudah pasrah. Apabila Jun memang ingin bersamanya, mereka akan menemukan cara untuk itu.

Ia yang menginginkan klaim abadi dari Alpha, namun tidak bisa karena terlahir Beta. Jun yang menginginkan bayi bersamanya, yang telah meninggalkan satu-satunya kesempatan menjadi seorang ayah, yang harus membayar itu semua dengan berakhir pada seorang Beta.

Mungkin, ini semua adalah karma.

“Lo nggak marah, Gyu? Alpha gue udah bikin Omega lo kayak gitu?” pelan dan hati-hati, Minghao bertanya. Mingyu hanya diam saja. “Lo boleh kok kalo mau hajar dia. Gue kasih ijin. Asal balikin dia masih hidup dan nggak cacat ke gue.”

Karena ia pikir Mingyu berhak atas kesempatan itu.

“Nanti...”

Nanti. Itu tidak penting. Apa yang dirinya rasakan tidaklah penting. Apa yang Wonwoo rasakan jauh lebih penting. Wen Junhui urusan nanti.

Untuk sekarang, Mingyu ingin menyusuri jarak di antara mereka, mengangkat Wonwoo ke dalam gendongannya dan memeluk Omega itu semalaman, seharian, sampai hatinya sembuh dan tak ada lagi kepedihan tersisa di sana.

Hanya itu.