322.
Dengus geli, meski tidak pada tempatnya, pun keluar dari sang Alpha. “Rupanya yang posesif bukan cuma aku ya?” ringisnya. Dia pun menitikkan air mata dari pelupuknya seperti sang Omega. “Wonu....dengerin aku dulu, Sayang?”
Diusapnya tangis di pipi Wonwoo. Dikecupnya bibir merah itu satu kali sebelum ia memulai ucapannya.
“Aku nggak akan kemana-mana, Won.”
Tatapan matanya tegas.
“Aku Alpha kamu seorang, kan?”
Mingyu tersenyum.
“Kamu juga Omega aku seorang. Aku nggak mau Omega yang lain. Aku nggak butuh Omega lain. Aku mau kamu, Jeon Wonwoo, dengan segala yang udah kamu laluin.”
Digamitnya kepalan tangan Wonwoo, lalu dibawanya untuk dikecup.
“Aku mau bangun tiap pagi ngeliat kamu tidur nyenyak di samping aku. Aku mau dipeluk dari belakang sama kamu pas lagi nyiapin sarapan. Aku mau suara gaduh anak-anak kita lari-larian di rumah, juga suara teriakan kamu yang nyuruh mereka lebih tenang.
Aku mau ngabisin sisa waktu aku di dunia ini sama kamu seorang. Sekarang, besok, selamanya. Bukan yang lain, Jeon Wonwoo, tapi kamu.”
Sudah tak ada harapan bagi air matanya untuk mereda. Wonwoo menangis sejadinya. Isakannya keras. Apalagi, Alpha-nya pun ikut menangis bersamanya.
Tuhan....tolong, sekali ini saja, tolong...
“Kamu udah berusaha sejauh ini. Omega aku kuat. Aku bangga sama kamu.”
Tuhan...
“Tapi mulai sekarang, dibagi ke aku ya, Sayang? Jangan nangis sendirian. Jangan simpen apapun sendirian. Aku di sini. Aku selalu di sini sama kamu.”
Tolong jangan ambil orang ini dari saya......
Dan ia,
menangis.
Dalam pelukan Mingyu yang menangis bersamanya. Sampai lelah. Sampai puas. Sampai kosong kepedihan, merembes keluar dari hatinya. Sampai segala kenangan, baik dan buruk, menjadikannya Omega yang jauh lebih baik dari yang kemarin.
Menjadikannya Jeon Wonwoo yang dicintai dan mencintai Kim Mingyu.