326.
Bisa dikatakan Rut Mingyu datang dengan tenang, meski terlalu tiba-tiba.
Memang, ia sudah mulai risih sejak pagi tadi. Kerahnya terasa mencekik. Kemejanya gatal di kulit. Sebagaimana serigala di dalamnya meraung protes, ia harus menahan diri untuk tidak merobek bajunya dan berlari kencang mencari tempat sepi, mencakar dan mengamuk di sana.
Rut adalah masa dimana sisi manusianya tergantikan oleh insting binatang. Masa yang cukup sensitif bagi Alpha, terutama ketika mereka mencium lezatnya Omega.
Sejak pagi, ia menyuruh Shinwon, pengganti sementara Seokmin selama Alpha itu cuti panjang, untuk memindahkan seluruh pekerja bergender Omega ke gedung kantor satunya. Para pegawainya pun sudah siap-siap kalau Mingyu membentak atau bertindak menyebalkan karena mereka paham betul penyebab perubahan perilaku atasan mereka itu.
Ia tak bisa konsentrasi bekerja. Yang ada di benaknya hanya Wonwoo dan bagaimana Omega itu telah menyetujui, 100% yakin, untuk memberikan lehernya pada Mingyu. Ia tak bisa menutup mata dan tidak membayangkan leher putih tersebut, berdetak segar pada scent glandnya. Mulutnya otomatis membuka. Haus. Taring siap untuk merobek kulit di sana, mengklaimnya untuk selamanya.
God...Mingyu ingin pulang...
Tapi sisi manusianya masihlah berfungsi. Ia masih bisa bekerja, memimpin rapat departemen, memutuskan proyek mana yang paling potensial dari beberapa presentasi pegawainya, serta masih bisa menggantikan peran ayahnya yang sedang business trip ke London. Tetau, malam telah turun. Shinwon mengetuk pintunya, membuyarkan hitungan angka-angka dalam benak, dan menyuruhnya segera pulang.
“Udah jam 8, Pak. Seokmin bilang kalo saya harus mulangin Bapak, soalnya Omega Bapak nungguin di rumah katanya,” Beta itu tersenyum sambil mengambil jas Mingyu untuk dipakaikannya. “Bapak juga udah di ambang batas kalo saya cium baunya sih. Sopir juga udah stand by di lobi. Saya anterin ya.”
Terhuyung oleh eskalasi antisipasi, Mingyu tidak menyetujui ataupun menolak. Alih-alih, ia membiarkan Beta itu membawakan tas kerjanya sambil sesekali menahan tubuh besarnya yang gontai agar tidak limbung dan jatuh menyuruk lantai, muka terlebih dahulu.