narrative writings of thesunmetmoon

331.

#minwonabo

Ia terbangun duluan dan menatap sebentuk wajah, sembab oleh tangis, di sebelahnya. Di luar, kicau burung terdengar. Terlalu ceria baginya. Mentari pagi pun terlalu terang untuk suasana hatinya saat ini.

Lee Jihoon memandang wajah kekasihnya yang masih tidur dalam keheningan. Memperhatikan dengan seksama bagaimana dada Beta itu naik-turun secara teratur. Bagaimana ia menyusut hidung. Bagaimana kantung matanya membesar karena kebanyakan menangis semalam. Bagaimana di pipi kekasihnya masih nampak jejak air mata.

Ia tahu.

Ia tahu seberapa jauh Soonyoung mencintainya. Tahu, suatu waktu di suatu masa, cinta Soonyoung pada Wonwoo berpindah padanya. Setidaknya, ia yakin, ketika mereka sepakat untuk berbagi Wonwoo, mereka masih sama-sama mencintai Omega itu. Namun, entah bagaimana, Soonyoung mampu mengambil hatinya kembali dari Wonwoo dan menaruhnya ke Jihoon.

Ia tahu. Semua terlalu jelas.

Kwon Soonyoung terlalu jelas.

Jihoon mengangkat tangan. Ragu-ragu, ia menyentuh pipi Soonyoung. Diam di sana untuk sejenak. Lalu, amat perlahan, dielusnya lembut pipi sang Beta.

“Soonie...,” bisiknya. “...Maaf.”

Sebulir air mata menetes dari mata Soonyoung yang terpejam.

Maaf......”

Kemudian, lengan-lengan kuat itu, yang selama ini menghujaninya dengan kasih sayang, dengan cinta yang melimpah ruah untuknya, memeluk kencang tubuh Jihoon.

“Soonie...,” Jihoon membelai rambut sang Beta di dadanya, balas merangkul kepalanya. “Maaf, maaf...Soonyoungie...”

Soonyoung menggeleng. Ia terus menggeleng.

Dia tidak mau dengar. Tidak mau mendengar Jihoon meminta maaf padanya.

“Maafin aku...”

Soonyoung terus menggeleng. Air mata tumpah dari pipi Jihoon, menetes di kepala Soonyoung. Suaranya lirih, merobek sisa hati sang Beta menjadi serpihan. Hancur lebur.

Andai bisa...andai ia bisa...ia ingin menculik Jihoon dan membuat dunia dimana hanya ada mereka berdua saja...

Andai ia bisa...

“Maaf, Soonie...”

Dan, di dunia itu, Jihoon mencintainya.

Hanya dirinya...