narrative writings of thesunmetmoon

333.

#minwonabo

Ting tong!

Ting tong! Ting tong! Ting tong!

Gusar, Jihoon melempar headphonenya. Ditendangnya pintu kamar, berderap marah menuruni tangga menuju pintu depan. Untunglah rumah barunya cukup kecil untuk ditinggali seorang diri sehingga ia tak butuh lima menit untuk menyusurinya.

“Siapa—”

Darahnya seketika membeku.

Di depan gerbangnya, berdiri Kwon Soonyoung. Rambut Beta itu kini pirang cerah. Pipinya mengurus, sementara bahunya tambah lebar dan berisi. Beta itu terlihat sehat dan senyumnya ceria.

Seolah kepergiannya tanpa kabar dari rumah Jihoon setahun yang lalu tidak pernah terjadi.

Seolah keheningan rumahnya yang megah itu tidak membuatnya dicabik kesepian setiap detik dan menit. Seolah bayangan sang Beta tidak memenuhi setiap sudutnya, membuat Jihoon tak mampu mengenyahkannya dari benak dan memutuskan untuk menjual rumah tersebut.

Ia masih ingat paras Wonwoo yang kecewa ketika ia berdiri di depan gerbangnya. Truk pindahan menungguinya. Wonwoo lalu memeluk erat Jihoon untuk terakhir kalinya, berterima kasih pada Beta itu dan meminta maaf dengan tulus. Di belakang Wonwoo, Alpha-nya melipat lengan di dada, tapi tak berkata apapun dan membiarkan Omega-nya berpisah dengan teman sejak kecilnya.

Jihoon kehilangan rumahnya. Kehilangan kewarasannya. Kehilangan hidupnya yang tenang.

Semua gara-gara lelaki yang berdiri di depan gerbangnya ini...

“Haloooo, tetangga baru!” pemikirannya terputus saat Beta itu menyapa. “Sori ya ganggu. Kenalin dong. Gue baru pindah nih di rumah depan kamu. Yang itu tuh rumahnya.”

Jihoon mengerutkan alis. Bingung.

“Ntar malem kayaknya gue mau buat pesta kecil-kecilan sih. Syukuran lah gitu,” ringisnya. “Kalo kamu nggak sibuk, boleh dateng lho.”

Kemudian, Beta itu mengulurkan tangan melewati jeruji gerbang. Matanya mengunci mata Jihoon, membuat kakinya melangkah lebih cepat dari proses otaknya, menghilangkan jarak di antara mereka.

Lelaki ini...lelaki ini...

“Kwon Soonyoung,” senyumnya. “Kamu?”

Tangan bersentuhan. Bibir bergetar. Ia balas tersenyum, sementara sebulir air mata perlahan jatuh di pipi.

Lee Jihoon.