narrative writings of thesunmetmoon

38.

#wwnatsume

“Kebetulan, kita mau tanya sama lo, Hyung,” Mingyu menyela. “Kita lagi nyari Amefurikozou. Kan biasanya dia kongkow sama lo. Lo liat nggak?”

Soonyoung memicingkan mata penuh curiga. “Amefurikozou?” ucapnya. “Buat apa Anjing dan Kodok macem kalian nyari dia? Ada perlu apa?”

“Dibilang gue bukan kodok!”

Melihat bagaimana alis Soonyoung sedikit menukik ke arah Minghao, Mingyu pun sengaja menapak ke depan Kappa itu, menyembunyikannya sebisa mungkin dengan wujud manusianya yang besar. Usahanya berhasil. Fokus sang Kamaitachi kini berpindah padanya. Selain memiliki sumbu pendek, span of attention Kamaitachi pun juga pendek. Ia berdeham sebelum menjelaskan lebih lanjut.

“Nggak, Hyung. Gini lho. Kita punya temen nih. Temen kita ilang. Kata dia,” Mingyu merangkul lengannya ke sekeliling pundak sang Kappa lalu mengusrek rambutnya yang halus, berhati-hati agar tidak menumpahkan piring di atas kepalanya. “Pas dia ilang, ada ujan. Ujannya anget dan—”

”—rasanya ujan itu bikin nyaman, juga—” sambung Minghao.

”—intinya, ujan ghaib. Soalnya nggak ujan selain di sekitar situ, Hyung.”

“Hmm. Jadi lo-lo pada ngira si Amefurikozou yang ngambil temen lo? Gitu?” delikan Soonyoung begitu tajam, Mingyu tanpa sadar mengerut, balik berlindung ke Minghao. Kappa itu sendiri tidak gentar, malah balas menatap sang Kamaitachi tepat di mata.

“Bukan, Soonyoung-hyung,” ucap Minghao. “Kita cuma mau tanya. Soalnya yang bisa buat ujan ghaib cuma tiga makhluk di sekitar sini. Ya kalo Amefurikozou nggak ngelakuinnya, yaudah. Cuma mau nanya doang kok.”

“Hee...,” sang Kamaitachi mendongak, nampak pongah, dengan tangan berkacak pinggang dan melayang di udara di atas Mingyu dan Minghao. “Gue tau dia ada di mana, tapi gue nggak akan kasih tau.”

“Hyung—”

“Gue bosen.”

Bola mata Mingyu membelalak, “Uh-oh-”

“Maen dulu sama gue. Kalo lo bedua masih idup sampe permainan kita kelar, mungkin gue bakal kasih tahu.”

Ringisan di wajah Kamaitachi begitu keji. Minghao sempat bertukar pandang dengan Mingyu, yang menatapnya ngeri, sebelum refleks mereka mengambil alih, berbalik badan dan mulai berlari, tepat saat sang Kamaitachi mengangkat lengannya.

“HAHAHAHAHAHAH!! HORANGHAE~ 🐯❤️”

Lengan dikibas. Minghao mendorong Mingyu menjauh. Sehembus angin tajam melewati celah yang tercipta antara Mingyu dan Minghao, membelah vending machine tadi menjadi dua, sementara ujung rambut Mingyu terpotong sedikit.

Crik! Crik!

Dari vending machine itu, terpancar arus-arus listrik, sebelum konslet dan menciptakan ledakan.

“Hao! Lari!”

“Berisik, gue juga tau!”

Kamaitachi sialan!