narrative writings of thesunmetmoon

4.

#minwonplatonic

Ketukan di pintu.

“Mingyu.”

Tidak ada jawaban. Wonwoo mengernyit. Tumben Mingyu tidak menjawab. Ia mengecek lagi jam tangannya. Pukul delapan kurang sepuluh menit. Aneh. Biasanya jam segini, Mingyu sudah bangun, apalagi hari ini hari Senin.

“Mingyu.”

Ketukan, lagi. Dan tetap hening.

Hmm, mungkin masih tidur...? Mungkin dia tidur telat tadi malam? Mungkin—

Klek.

“Oh...,” pemikirannya terputus. Mingyu muncul dari kamarnya. Mata masih belekan. Rambut awut-awutan. Tanpa atasan, hanya dalam balutan celana training hitam. Jelas masih sangat mengantuk. Wonwoo jadi tidak enak. “Sori, lo kebangun ya...? Lo nggak gawe, Gyu?” ia bertanya hati-hati. Mood Mingyu bisa berantakan kalau dibangunkan paksa.

Lelaki itu menggeram, menggumamkan sesuatu yang Wonwoo tak bisa tangkap soal apa. Ia menyimpulkan kalau Mingyu masih mengantuk, moodnya sudah hancur karena Wonwoo bangunkan dengan ketukan pintu berkali-kali, dan ia kesal terhadap Wonwoo.

“Oke, mm, gue cuma mau pamit ngantor. Kalo lo emang nggak gawe hari ini, tidur lagi aja,” perlahan, Wonwoo mengusap kepala Mingyu. “Sori ya, gue udah bangunin lo...”

Mingyu menggeram lagi. Namun, tangan lelaki itu meraih dasi yang Wonwoo kenakan dan mulai membetulkan ikatannya. Ditariknya ke atas hingga kain satin itu terikat rapi, lalu Mingyu menepuk-nepuk dada Wonwoo, menghalau benang dari jas suaminya.

Kegiatan rutin mereka setiap pagi, karena Wonwoo memerlukan seseorang untuk menjaganya.

“Tiati,” ucapnya dalam suara serak, lebih mirip gerutuan. Wonwoo tersenyum. Bahkan dengan muka bantal dan mata masih belekan, dan jelas-jelas kesal karena dibangunkan paksa, Mingyu masih menjadi sahabatnya yang baik.

Maka, Wonwoo mendongak, memajukan kepala untuk mencium pipi Mingyu. Sekilas saja. Ia segera mundur lagi.

“Bangsad. Bau iler,” disekanya mulut dengan punggung tangan.

Mingyu, masih bengong, perlu beberapa detik untuk sadar dan, tentunya, protes. “Yang nyuruh cium-cium juga sapaaa???” udah dibangunin, dikatain bau iler pula. Senin pagi yang buruk. “Dah lu pergi sana, ntar telat!”

“Percuma gue nunjukin rasa sayang gue, temennya nggak tau diri,” Wonwoo hela napas 🙄

“Lu yang nggak tau diri!” balas Mingyu. “Gue baru tidur jam—”

“Halo? Halo? Ya, Pak!” padahal tidak ada bunyi panggilan masuk, tapi Wonwoo langsung merogoh handphone dari saku celananya, berpura-pura menerimanya sambil buru-buru berjalan menjauh. “Oke, Pak, siap~“

Mingyu menghela napas berat, cuma bisa bersandar di kusen pintu dengan lengan terlipat di dada, menonton akting suaminya itu. Namun, ketika Wonwoo berbalik, mengedipkan sebelah matanya pada Mingyu disertai ringisan jahil, ia mau tak mau mengulum senyuman, yang kemudian lepas menjadi tawa.

Ah, Wonwoo...tak pernah berubah.

Mingyu memejamkan mata.

Jangan sampai berubah...