narrative writings of thesunmetmoon

53.

#soonwoo

“Hei, Josh.”

Begitu ia berbalik dan melihat siapa yang datang, sebuah senyuman lebar merekah di wajah Joshua. “Hei,” ia bergeser di bangku, secara refleks memberikan tempat untuk Seungcheol duduk di sebelahnya. Namun, alih-alih langsung duduk, Seungcheol malah menghampiri vending machine dulu.

“Mau apa?”

“Huh?” bingung. “Nggak usah lah.”

Klang! Klang!

Tahu-tahu saja, ada dua kaleng jus jeruk dingin di tangan Seungcheol. Satunya diulurkan pada Joshua.

“I insist,” cengirnya.

Joshua memutar bola mata sebelum mengambil kaleng itu dari Seungcheol. Seungcheol sendiri duduk di samping Joshua, tertawa pelan dan membuka cincin kalengnya. Jus yang dingin itu menyegarkan di pagi menuju siang yang terik seperti ini.

”...Lo pasti orangnya nggak bisa nerima kata 'nggak' ya?”

Seungcheol hampir tersedak bulir jeruk.

“Hah??”

“Ini. Kemarin kopi, sekarang jus. Besok apa?” Joshua mendekatkan kaleng itu ke Seungcheol. “Gue nggak minta dan gue udah bilang juga nggak usah.”

“Ya Tuhan, itu cuma jus, Josh—”

“Emang cuma jus, but this is one way to impose your dominance over me and I hate it!” dengan kasar, dibukanya cincin kaleng dan diteguknya jus itu. “Kasian pacar lo.”

Hening.

”...Nggak usah cemas, gue nggak punya pacar kok,” Seungcheol meringis sedih, membuat Joshua kembali menatapnya. “Iya ya? Gue nggak ngeh juga kalo gue begitu. Gue biasanya begini dan di rumah juga, yah, kayaknya nggak ada masalah? Temen-temen gue juga biasa aja?” Seungcheol memutar pelan kaleng itu. “Tapi kalo emang menurut lo nggak bagus, gue...coba ubah deh. Sebisa gue, pelan-pelan.”

Kekeh perlahan. Joshua mengernyitkan alis.

“Kenapa?”

“Hmm?”

“Nggak punya pacar?” selidiknya. “It's improbable. Lo? Jomblo?”

Giliran Seungcheol yang memandangnya bingung. “Uh...yeah?” jawabnya tidak yakin. “Pernah sih, dulu pas SMP gue jadian sama cewek. Pacaran setahun lebih tapi putus. Terus sampe sekarang sial mulu. Keduluan orang mulu.”

“Keduluan gimana?”

“Yah...kayak, kemaren gue nemu yang lucu gitu, manis banget, tipe gue banget, eh tetau udah pacar orang.”

“Hee...,” Joshua mengangguk-angguk. Ia meminum lagi jusnya. “Langgeng nggak tapi tuh gebetan lo sama pacarnya?”

“Langgeng,” tatap Seungcheol tidak lepas darinya. “Kayaknya.”

Joshua mendengus. “Padahal lo maksain gue buat minum minuman yang lo beli, tapi rupanya soal cinta gini malah langsung nyerah,” selorohnya santai. “Gue kira tipe kayak lo bakal maksa masuk ke hidup gebetan lo, nggak peduli punya pacar ato enggak, sampe hati dia kecuri sama lo.”

“Hoo...ada ya cara gitu ya...”

“Hu-um,” Joshua mengangguk.

“Apa gue curi aja hati dia ya...?”

”? Just try,” kekehnya. “Selama bendera kuning belom kepasang juga ini.”

Seungcheol terus memandangnya, yang, sayangnya, tak disadari Joshua.


“Oh?”

Soonyoung tengah melintas karena kelas berikutnya ada di gedung yang berseberangan dari gedung kelas sebelumnya. Ia mengecek hape, belum membalas Whatsapp dari Joshua kemarin malam. Selain karena dia sudah ketiduran, pun pagi ini dia pergi buru-buru karena telat bangun dan ada kelas pagi. Ia sedang mencari kata-kata yang pas untuk membalas Joshua, ketika ia melihat sendiri lelaki itu, sedang duduk di bangku yang agak tersembunyi dari jalanan utama.

Soonyoung menyentak, hendak merubah arah.

“Josh—”

Namun, ia batalkan. Pasalnya, Joshua tidak sendirian. Soonyoung menyadari kalau ada seseorang bersamanya. Seseorang yang tidak bisa ia lihat wajahnya dari arah ia berdiri. Didorong rasa penasaran, Soonyoung mendekat perlahan, berhati-hati agar tidak ada suara keberadaannya.

“Apaan sih, Cheol?” Joshua tertawa lugas.

“Lho, kan bener?? Kalo gue harus curi hati orang, gue harus latihan dulu. Mau nggak nemenin gue latihan??” Seungcheol meringis meski nadanya ngotot.

“Kemaren malem lo minta gue ajarin lo musik klasik. Sekarang lo minta gue jadi partner lo pedekate. Ini lama-lama gue tagihin lho ya,” Joshua menabok pundak Seungcheol main-main.

“Iya. Nggak apa kok,” lelaki itu, Seungcheol, memandang persis ke mata Joshua. “Tagihin berapapun juga boleh, asal sama lo.”

Dan Soonyoung paham seketika itu juga, hanya dari tatapan mata lelaki itu pada Joshua. Ia paham. Apalagi Joshua kemudian terbungkam saat mendengar itu, lalu menunduk, pura-pura memainkan kaleng di tangannya. Belakang telinga Joshua memerah.

Oh...

Selangkah. Lalu selangkah lagi. Soonyoung mundur teratur. Ia sangat paham arti semua ini. Tak ada kesalahan.

Kemudian, secepat ia bisa, ia berbalik dan lari. Lari sejauh mungkin. Ia harus lari dari situ.

Ia tidak mau menyaksikan detik-detik ia kehilangan satu-satunya orang yang tersisa di dalam hidupnya.

==

“Choi Seungcheol!”

Srakk!

Kaget, mereka berdua menoleh. Seorang lelaki nampak terengah-engah, jelas sekali sedang mencari sesuatu, atau seseorang. Lelaki itu berambut cokelat di-perm dan memiliki wajah yang tampan sekali. Cantik, bahkan. Keindahannya androgini. Dan lelaki itu jelas mencari Seungcheol.

“Kenapa?” menyadari lelaki itu sebagai pacarnya Mingyu, tetangga Wonwoo, Seungcheol serta merta berdiri.

“Oh Good God, gue nemu lo juga,” tanpa disadari keduanya, kedua lengan Jeonghan terulur dan bertemu dengan tangan Seungcheol. “Lo harus ikut gue. Please. I need you.”

“Kenapa? Ada apa??” panik mulai menggelembung dari dalam dada Seungcheol, karena, ada alasan apa lagi pacar Mingyu mencarinya kalau bukan karena Wonwoo?

“Just come with me. Please.”

Joshua tidak suka. Joshua sangat tidak suka dengan semua ini. Tidak suka tangan Seungcheol menggenggam lengan lelaki itu. Tidak suka bagaimana wajah dan postur lelaki itu sempurna. Terlalu sempurna.

Ia tidak suka.

“Josh.”

Ia tersenyum simpul saat menoleh ke Seungcheol.

“Sori. I have to go.”

“Okhei,” sambil lalu, diangkatnya bahu. “Thanks for the drink again, Cheollie.” Ia mengangkat kaleng di tangan.

“Consider my proposal,” tanpa membuang waktu, Seungcheol merangsek maju untuk berbisik pada Joshua. Refleks, Joshua memundurkan kepala. Terlalu dekat, lelaki itu.

“Which one?” ia merengut.

“All of them.”

Joshua masih merengut. Ia masih merengut ketika Seungcheol pergi bersama lelaki itu, yang sempat memberikan gestur permisi padanya. Saat mereka sudah jauh dan tak terlihat lagi, Joshua menghela napas panjang. Hoshi tak jua membalas pesannya. Seungcheol meninggalkannya sendirian.

“Fuck...”

Memang harusnya dia tidak mencoba berteman dengan orang lain selain Hoshi.