narrative writings of thesunmetmoon

63.

#minwonabo

Andaikata Mingyu mengikuti insting alphanya, mungkin dia sudah memanjat pagar rumah Wonwoo dan mendobrak pintunya. Untungnya dia bisa menahan diri dan berdiri dengan cemas terpancar di wajahnya di depan kamera pengintai yang sengaja dipasang si empunya rumah.

โ€œWon,โ€ digertakkannya gigi sambil menatap kamera itu. โ€œBuka.โ€œ

Dia tidak tahu apakah nada memerintah Alpha yang digunakannya berguna via lensa, namun gerbang membuka tak lama kemudian. Mingyu masuk lagi ke mobilnya dan berhenti sampai ke pintu utama. Suasana rumah itu cukup ganjil. Meski hari sudah malam, tak ada lampu yang dihidupkan. Sepi. Seperti kuburan.

Kagetnya bertambah ketika pintu ia dorong dan menemukannya tidak terkunci. Bahaya. Sungguh berbahaya. Apalagi Wonwoo tidak berani tinggal sendirian, tidak pernah keluar sendirian. Degukan ludah, lalu kakinya menginjak marmer mahal perlahan-lahan.

โ€œWonwoo...?โ€ panggilnya tak yakin.

Karena gelap, ia hanya mengandalkan flashlight dari handphonenya; masih belum hafal letak saklar lampu di rumah itu. Ia berjalan dengan hati-hati. Perasaannya makin tak enak oleh benda-benda yang berserakan random di lantai yang ia pijak: bantal sofa, sobekan kertas, kelopak bunga berceceran dimana-mana, majalah dan buku-buku seolah dilemparkan begitu saja, ada bunyi krak-krak nyaring ketika ia berjalan (sereal? berondong jagung? entahlah itu bunyi apa).

Alis Mingyu mengerut dalam kebingungan yang nyata.

Apa yang terjadi....?

โ€œWonwoo,โ€ ia memanggil lagi. Kali ini sudah sampai dekat tangga.

Hening.

Tak ada tanda-tanda makhluk hidup di sana.

Dia menaruh kaki kanannya di anak tangga pertama, lalu mulai mendakinya.

โ€œOmega.โ€

Itu nada memerintah seorang Alpha pada Omega. Nada yang sengaja ia pakai agar Wonwoo, mau tak mau, harus menjawab panggilannya.

Dan, benar saja, begitu ia mendongak, di ujung anak tangga, di lantai atas, berdiri Wonwoo. Jaraknya empat anak tangga dari Mingyu.

โ€œWonโ€”โ€

Mata Mingyu membelalak ketika Wonwoo melompat tanpa ragu ke arahnya. Spontan lengannya memeluk omega itu. Tubuhnya yang besar pun kehilangan keseimbangan, doyong ke belakang.

Dan satu-satunya hal yang melintas dalam benak Kim Mingyu saat ini adalah: dia akan mati karena omega ini.