65.
“Kak?”
Minghao menoleh.
“Ya?” jawabnya dingin.
“Sori, Kak, gue mau nanya,” Mingyu merunduk sedikit ke arah Minghao dengan dokumen di tangannya. “Ini kan gue mau bikin agreement. Gue kasih dong form standar kita.”
“Hmm.”
“Terus dia baca kan. Nah, dia minta klausul yang ini diilangin. Terus, supplier dia nggak mau nih kirim barang duluan, jadi kita bakal pake L/C. Nah, L/C kita kan dari Bank XX nih, supplier dia tuh dari Swiss. Kata dia sih, di sana, bank ini tuh nggak, apa ya, dipercaya, gitu lah intinya. Nggak kenal namanya.”
Minghao menaruh fokus pada penjelasan Mingyu. Ia manggut-manggut, berusaha mencerna.
“Jadi dia minta L/C dari bank yang lebih global?” tanya Minghao.
“Nah,” Mingyu menunjuknya. “Kita tuh bisa nggak sih, Kak, buka L/C baru?”
Minghao kembali menyandar ke kursinya sambil menghela napas. “Ya bisa aja, cuma lo mendingan tanya dulu deh ke Treasury, kita tuh punya L/C di bank mana aja sih sebenernya,” jelasnya. Mingyu mengerutkan bibir dengan pandangan terkunci padanya, menyerap baik-baik solusi dari Minghao. “Nggak mungkin lah kita cuma punya satu. Kita udah main berapa lama di exim gini.”
“Hmm,” ia melihat kerutan di antara alis Mingyu.
“Terus, soal klausul. Saran gue, lo dengerin dulu aja klien lo tuh maunya apa sih. Abis itu, lo ke bagian Legal dan RM. Lo jelasin semua ke mereka. Nanti mereka bakal bantuin lo cari solusi enaknya gimana. Toh amandemen kontrak juga bakalan Legal yang buat.”
“Siap, Kak.”
“Jelas?”
“Jelas, Kak,” Mingyu tersenyum ceria. Taringnya terpampang, menjadikannya tampak lebih muda sepuluh tahun. Ia beranjak dari duduknya. “Thanks ya, Kak Hao.”
“Mmm.”
Dibiarkannya Kim Mingyu berlalu agak jauh sebelum bergumam pelan, lebih kepada dirinya sendiri, “Kan enak kalo begini...“