90.
Ketika Joshua tiba, terengah, rumahnya sudah sunyi sepi. Ibunya membukakan pintu dengan tenang karena pesan dari Joshua sebelumnya.
“Mah.”
Ibu dan anak berpelukan untuk sesaat. Ibunya Joshua mengusap wajah anaknya yang kacau, lalu mengecup pipinya.
“Dia di kamar kamu, Sayang.”
Mengangguk dan, tanpa banyak bicara, Joshua naik ke lantai dua, ke kamarnya.
Saat dia masuk, Wonwoo nggak tidur seperti perkiraan Joshua. Dia duduk termenung. Punggungnya pada kepala ranjang Joshua. Pias sinar bulan menyorotnya dari celah tirai yang tertutup asal-asalan. Joshua menarik napas, kemudian melangkah perlahan.
“Hey...”
Wonwoo bergeming. Nggak menjawab. Nggak merespon sama sekali. Sampai, pada akhirnya, Joshua semakin dan semakin dekat, dan dia nggak peduli lagi akan keraguannya sendiri. Joshua naik ke atas ranjang, lalu mendekat dan menaruh dirinya di atas pangkuan Wonwoo. Tangannya menyentuh, mengelusi pipi sahabatnya itu. Dengan lembut, Joshua menginspeksi luka-luka di sekujur wajah dan tubuh Jeon Wonwoo.
Terlalu banyak. Terlalu kejam.
“Wonu...”
Elusan terasa, maka Wonwoo menoleh sedikit, mendusel balik tangan pada pipinya.
“Wonu...Wonu...”
Joshua menangkup kedua pipi Wonwoo, berhati-hati. Dia membelainya, sementara bulir-bulir tangis jatuh dari pelupuk matanya ke pipi Wonwoo, mengalir menuruni pipi yang penuh bekas lebam tersebut.
“Maafin aku...maafin aku...Wonu...”
Semakin deras. Tetesan.
Jangan menangis.
Jangan menangis.
Jangan menangis karena aku.
Aku nggak mau jadi sebab kamu sedih.
Jangan menangis, Joshua...
Ah, tapi,
Jeon Wonwoo hanyalah seorang anak-anak.
Kedua lengannya mendadak melingkari pinggang Joshua, menarik tubuh itu merapat, dan ia pun tak kuasa lagi menahan. Bagai aliran yang penahannya dibuka begitu saja. Wonwoo menangis. Wonwoo menangis dan menangis dan menangis.
Meraung. Terisak.
Ia merintih.
Di dalam pelukan Joshua yang hangat, orang yang paling ia cintai namun takkan pernah bisa ia miliki, Wonwoo menangis, mengeluarkan semua yang selama ini ia tahan seorang diri.
Dan Joshua, di atas pangkuannya, mengusap dan menciumi rambutnya, ikut menangis bersamanya. Seperti Wonwoo padanya, Joshua nggak akan pernah meninggalkan Wonwoo untuk menangis sendirian.
Seperti ketika mereka kecil dulu.