narrative writings of thesunmetmoon

Ch 0.0: Prologue

#haremhaohybrid

“Hannie cantik banget ya...”

Kerjap-kerjap mata si kelinci kecil, membulat dalam ketidak pahaman. Kakak sepupunya, Jisoo, menggandeng tangannya yang mungil. Berusia 8 dan menyaksikan pernikahan sosok kakak yang rasanya baru kemarin bermain petak umpet bersamanya mengundang telengan kepala si kelinci.

“Kak Shuji...”

“Hmm?”

“Kak Hani mau ke mana...?”

Telinga si kelinci kecil kemudian melayu. Jisoo pun tersenyum maklum. Ia berjongkok agar pandangan mereka sejajar dan, sambil menggenggam kedua tangan Minghao, kata-katanya terlantun lebih lembut dari biasanya, “Hannie sekarang udah nikah dan jadi anggota keluarga serigala, jadi Hannie ikut ke keluarga suaminya.”

“Jadi...jadi Kak Hani nggak akan main bareng aku lagi...?”

Seketika, paras kelinci yang lebih tua itu menjadi iba. Bulir-bulir bening tangis jatuh dengan mudahnya dari pelupuk mata Minghao. Ia lalu menariknya ke dalam pelukan.

“Nggak apa-apa, kan ada Kak Shuji,” dicobanya untuk menenangkan si anak dengan elusan hangat di punggung. “Mulai sekarang, Kak Shuji yang bakal nemenin Haohao ya...?”

Sambil terisak, anak itu membalas, “T-tapi—hiks—nanti Kakak juga—juga bakal—hiks—nikah dan—dan ninggalin aku—”

Akan pernyataan itu, Jisoo terbungkam. Tidak ada gunanya memberitahu betapa kejamnya realita dunia ini pada anak yang masih berusia 8 tahun. Andai bisa—jika bisa—Jisoo ingin membiarkan adik sepupu termuda dan satu-satunya itu menikmati dunia yang indah dengan segala kenaifannya lebih lama lagi.

Namun, dalam beberapa tahun saja, akan tiba gilirannya yang menikah, seperti Hannie. Dan, setelahnya, giliran Minghao. Tidak ada yang tahu apakah dari mereka bertiga—tiga kelinci terakhir yang tersisa—akan terlahir kelinci penerus mereka ataukah mereka lah penutup spesies kelinci di dunia. Betapa ironis. Spesies yang paling mudah melahirkan banyak bayi justru adalah yang paling langka.

Dengan kebijakan ganjil seorang anak usia 12, Jisoo memilih untuk diam. Ia hanya terus memeluk Minghao yang menangisi Jeonghan. Jisoo mengangkat kepala sedikit, mencuri pandang akan kedua mempelai di pelaminan. Paras Jeonghan tidak terlihat karena terhalang cadar, namun ia yakin kakaknya itu mati-matian menahan tangis.

Kaum karnivora berlomba untuk mendapatkan keturunan kelinci yang baru memasuki masa dewasanya dan pemenang kali ini adalah kaum serigala. Setelah keputusan dibuat, pondok kecil mereka didatangi dan dekrit dibacakan. Mereka pun diboyong untuk menghadiri upacara pernikahan.

Dalam satu malam saja, dunia indah bagai kaleidoskop sang ketiga kelinci pun runtuh.

Meski kaum serigala menyambut mereka dengan antusias, dan Jeonghan didandani dengan begitu cantiknya, Jisoo sangat paham perasaan kedua saudaranya saat ini. Selama ini, mereka hidup bertiga saja tanpa gangguan siapa-siapa dan mereka berbahagia. Sekarang, Jeonghan tetau saja direnggut dari mereka.

Jisoo mengernyitkan alis. Ia memandangi kedua mempelai yang tidak mengenal satu sama lain, bahkan baru saja bertemu di pelaminan. Serigala di sisi kakaknya itu berparas tampan dan, dari air muka semata, nampaknya ramah.

Entahlah.

Merapatkan Minghao ke dadanya, Jisoo hanya bisa berharap kalau serigala itu akan memperlakukan kakaknya dengan baik...