Part 101
“Ya pasti sakit.”
Mendengar itu, paras sang Omega langsung memucat.
“Wonwoo.”
Dan Minghao langsung memandang suaminya dengan kernyitan alis. Pisau dan garpu berhenti mengiris kentang panggang di piring.
“Aku kan hanya mengatakan yang sebenarnya...,” helaan napas terdengar dari sang dokter. “Kau harus berhenti memanjakannya seperti anak kecil, Myungho.”
“Sudah kubilang kalau jangan sekejam itu padanya!” Minghao tidak mengalah. “Dia datang padamu, dokternya, dan menanyakan hal yang memalukan begitu. Setidaknya kau bisa menjelaskan dengan lebih ramah.”
“Apa yang memalukan dari keinginan untuk mengetahui apakah berhubungan seksual itu sakit??” sang dokter memandang suaminya dengan bingung, sementara Joshua menunduk makin dalam. Wajah merona makin merah. “Dia belum pernah bercinta sebelumnya, jelas akan terasa sakit. Kau sendiri sampai menangis sewaktu aku—”
“WONWOO!” giliran Myungho yang memerah seperti buah stroberi matang. “Astaga! Apa yang kau— Astaga!”
Dokter Jeon berdeham beberapa kali. Sadar, bahwa ia kelepasan bicara. Seo Myungho terdiam beberapa saat, nampak kehilangan kata-kata. Joshua hanya bisa melirik bolak-balik pasangan suami itu, merasa tidak enak seperti anak yang melihat orangtuanya bertengkar di meja makan. Hidangan bistik sapi dan kentang panggang pun mendingin di hadapan mereka.
Karena sahabatnya di negara asal menolak untuk menjelaskan, maka Joshua bertolak mencari bantuan pada mereka yang memiliki pengetahuan lebih dalam di bidang tersebut. Namun, jika ia tahu pertanyaannya akan memicu pertengkaran, Joshua jadi merasa seharusnya ia tidak datang ke sini sejak awal. Setelah detik-detik terlewati tanpa suara selain detak jarum jam di lantai dua kediaman Dokter Jeon dan suaminya, akhirnya sang dokter membuka mulut juga.
“Begini, Tuan Hong,” ucapnya, membuat Joshua mengangkat wajah dan menatapnya. “Saya paham kenapa Anda penasaran. Perlu saya tegaskan bahwa, kali pertama seseorang berhubungan seksual tentu tidak akan seindah bayangan Anda. Terasa aneh dan...yah, asing. Ada yang terasa begitu sakit, ada yang tidak sesakit dugaan, ada juga yang canggung dan tidak memuaskan.
Bahkan, jarang sekali seseorang bisa puas saat pertama kali bercinta, apalagi jika masih perjaka.”
Joshua agak menunduk lagi. Sedikit kecewa kala mendengar perkataan sang dokter. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi Alphanya, tapi ada kemungkinan mengorbankan kepuasan dirinya sendiri.
“Gender kedua turut mempengaruhi pengalaman seksual seseorang. Sebagai Omega, secara teori, bercinta dengan Beta dan bercinta dengan Alpha akan terasa beda. Dari ukuran penis saja sudah berbeda—”
Pipi sang Omega merona lagi. Padahal dirinya juga punya, tapi tetap saja terasa malu, meski Dokter Jeon menjelaskan secara ilmiah bagai di podium salah satu perkuliahan umum.
“—Alpha lebih bisa memuaskan Omega, karena penis mereka akan membesarkan bulbus glandis ketika akan ejakulasi. Bulbus glandis tersebut akan turun dari pangkal sampai separuh penis dan mengunci agar sperma yang diejakulasi tidak keluar dari rahim Omega. Bulbus glandis itu juga akan menekan area kelenjar prostat, sehingga orgasme yang dirasakan oleh Omega bisa lebih memuaskan dibandingkan dengan partner Beta.”
Sang dokter bergerak untuk menyandarkan punggungnya ke kursi. Kedua lengannya dilipat ke dada.
“Tetapi, karena bulbus glandis inilah, bercinta dengan Alpha untuk pertama kalinya akan terasa lebih sakit.”
Joshua meneguk ludah.
“Emm...,” gumam si anak. “Biar nggak sakit-sakit banget, harus gimana ya?”
“Solusi mudahnya, Anda harus dalam kondisi estrus.”
“Hoo...”
“Bila Anda dalam kondisi estrus, tubuh Anda akan menyesuaikan secara alamiah dengan mengeluarkan begitu banyak cairan anus agar penetrasi lebih mudah dan lebih tidak menyakitkan,” jelasnya. “Namun, ketika masa estrus, kemungkinan Anda hamil juga akan meningkat, maka jangan lupa untuk meminum obat pencegah kehamilan sebelum Anda bercinta bila tidak ingin langsung memiliki anak.
Oh ya, sekalian saya akan meresepkan obat tersebut pada Anda. Silakan tebus saja ke Myungho ketika Anda sudah memerlukannya nanti.”
Joshua mengangguk-angguk lagi. Kegundahan dalam dadanya terangkat sedikit.
“Kalo...Mingyu yang masuk masa estrus, terus akunya enggak...gimana?”
Dokter Jeon menaikkan kacamatanya.
“Kalau kondisinya seperti itu,” ucap sang dokter. “Saya sarankan Anda berbicara dengan Alpha Anda. Dalam hubungan seksual, yang paling penting itu adalah komunikasi.”
Ketika Joshua menelengkan kepala, sang dokter menyunggingkan senyuman kecil padanya, mengejutkan suaminya yang ikut tersenyum.
“Tuan Hong, yang saya jelaskan barusan adalah teori. Pada prakteknya, hubungan seksual bisa memuaskan kedua belah pihak atau tidak, ditentukan oleh rasa cinta, pengertian dan komunikasi antara satu sama lain. Bila kita tidak mengenal partner kita, maka mustahil untuk memuaskan hasrat seksualnya. Dengan berkomunikasi, Anda bisa mengetahui kesukaan dan ketidaknyamanan satu sama lain.
Bila Tuan Kim yang akan masuk dalam masa estrus dan tubuh Anda tidak bisa menyesuaikan karena perbedaan siklus, maka bicaralah padanya. Jelaskan padanya kondisi tubuh Anda dan beritahu dirinya keresahan yang Anda tanyakan pada saya hari ini. Lebih daripada saya dan Myungho, Tuan Kim lah yang perlu mengetahuinya.”
Joshua menoleh sedikit ke arah Myungho, yang kemudian mengangguk sambil memejamkan mata sekilas, membenarkan perkataan suaminya.
“Tuan Hong, saya yakin Tuan Kim akan mengerti keresahan Anda sekarang ini,” Myungho menambahkan. “Sepenglihatan saya, Tuan Kim menyayangi Anda lebih daripada apapun di dunia ini.”
“Lagipula, saya yakin Tuan Kim tidak akan menyentuh Anda bila Anda melarangnya, meski dalam masa estrusnya sekalipun,” sang dokter menaikkan kacamatanya lagi. “Tuan Kim sudah melawan Alphanya berkali-kali demi melindungi Anda. Dia akan melawannya lagi bila itu demi Anda.”
Mendengar itu, si anak menggeleng kuat-kuat, mengejutkan pasangan suami tersebut.
“Nggak mau!” serunya. “Aku nggak mau Mingyu nahan Alphanya lagi. Aku mau...aku mau dia ngelepas Alphanya pas masuk masa estrus. Omegaku...”
Ia menyentuh dadanya sendiri.
”...Omegaku mau ketemu Alphanya, Dokter. Aku bisa ngerasain di sini... Dia mau ketemu Alphanya...”
Mereka semua terdiam.
“Aku nggak mau Mingyu nahan dirinya lagi demi aku...aku nggak mau dia terus-terusan berantem sama Alphanya sendiri gara-gara aku...”
Dokter Jeon kini memajukan badan. Tangan mengepal dan ditaruhnya di bawah dagu. Siku-siku menopang di atas meja makan. Ia meneliti perlahan Omega muda di hadapannya, lalu berkata lamat-lamat.
“Rupanya Anda mendengarkan ucapan saya waktu itu...”
Dulu, saat ia menjelaskan pada sang Omega bagaimana Tuan Kim telah mengekang Alphanya selama ini.
“Tuan Hong, bila niat Anda seperti itu, maka saya harap Anda sudah mengatakannya pada Alpha Anda.”
“Udah,” Joshua sontak menjawab. “Mingyu udah tau.”
“Dan?”
“Dia udah janji bakal lepasin Alphanya pas masa estrus nanti. Pas, eh, kita nikah nanti...”
“Hmm,” kernyitan sebelah alis. “Di kali pertama Anda bercinta? Apa tidak berlebihan? Membiarkan Alpha melepas semuanya di masa estrusnya sedangkan Anda masih perjaka?”
Dokter itu terlihat cemas. Myungho pun memasang raut serupa. Rasa takut dan keraguan kemudian merayap masuk ke dalam dada sang anak. Gelisah, Joshua mencengkeram bagian lutut celana panjangnya. Bibir bawahnya digigit.
“Tuan Hong...,” sela Myungho. “Saya rasa suami saya benar. Apa tidak terlalu berat untuk menerima seorang Alpha dalam kondisi dimana tubuh Anda belum mengenal tubuhnya dengan baik?”
“Tapi...Omegaku...”
Dokter Jeon tidak berkata apapun, begitu juga dengan suaminya. Ini adalah hal yang harus anak itu tentukan sendiri, karena mereka berdua adalah Beta. Mereka tidak memahami dengan baik hubungan Alpha dan Omega, seberapa banyak pun buku medis yang mereka berdua baca. Ada hal-hal yang hanya bisa dirasakan oleh Omega dan Alpha yang takkan bisa dijelaskan di buku manapun.
“Saya tidak akan melarang Anda jika Omega Anda menginginkannya, Tuan Hong,” akhirnya Dokter Jeon mencapai konklusi. Ia membenarkan posisi duduknya dan bersiap melanjutkan makan malam. “Bagaimanapun, kami berdua hanya Beta. Ada hal-hal yang tidak akan mampu kami pahami. Namun, saya harap Anda memikirkan konsekuensinya terhadap tubuh Anda sendiri.
Saya tidak akan bilang bahwa hal itu mustahil. Bahwa menerima Alpha seutuhnya dalam keadaan estrus di kali pertama Anda bercinta dan tidak terasa sakit itu mungkin saja. Namun, jangan Anda lupakan bahwa sebuah koin terdiri dari dua sisi. Positif dan negatif selalu berhubungan satu sama lain.
Saya harap Anda tidak menyesali pilihan Anda di masa depan.”
Joshua merenungkan kalimat sang dokter, sementara denting pisau dan garpu pada piring kembali terdengar.