Part 123
🌸 Bulan Maret
Salju telah meleleh dan, darinya, mekarlah berbagai kuntum bunga yang cerah ceria. Udara kian menghangat. Kupu-kupu cantik mengecupi ujung hidung para anak-anak yang terkekeh dibuatnya. Musim semi pun tiba. Ia tak pernah gagal membuat warga kota menjadi lebih ramah dan bahagia, apalagi setelah melewati musim dingin yang cukup panjang di tahun ini.
Ketika surat kontroversial itu datang, satu setengah bulan telah berlalu semenjak Joshua Hong sah menjadi suami dari Kim Mingyu. Pada suatu malam, saat ia hendak mengajak Mingyu untuk bertolak ke kamar mereka, ia memergoki Alphanya itu tengah memegangi selembar kertas dengan api menyala di sudutnya di atas sebuah periuk terbuat dari perunggu. Alis Joshua mengernyit, separuh karena heran, separuh lagi bertanya-tanya. Ketika kertas itu hampir menjilat jemarinya, barulah sang Alpha melepasnya menjadi abu.
“Itu surat dari Kak Cheol,” jelas Mingyu tanpa diminta secara lisan. “Dia minta kita datang besok ke istana.”
Makin dalamlah kerutan alis Joshua. “Buat?” tanyanya.
Mingyu hanya menggeleng. “Kak Cheol secara spesifik meminta saya membawa Anda juga,” ia menoleh untuk menatap Joshua. “Dan bahwa saya harus mempersiapkan diri karena dia akan menagih janji.”
“Janji?” kini, alis Joshua malah terangkat, membentuk kurva cembung sempurna dekat poninya. “Kamu janji apaan emangnya?”
Mingyu sejenak terdiam seakan ragu menyatakannya pada Omeganya. Namun, pada akhirnya, ia berdeham sebelum menjawab,
“Saya...berjanji akan melakukan apapun untuk membantu rencana Kak Cheol dan Tuan Kwon untuk mengkudeta raja negara Anda.”
Hanyalah detak jam dinding yang mengisi keheningan yang merentang di antara kedua insan. Siur angin malam membawa suara gesekan dedaunan juga kertakan ranting. Jendela pun ikut bergetar sedikit. Mereka tidak berkata sepatah kata pun sampai Joshua membuyarkan keheningan itu dengan satu kata:
”...Hah??”
Kim Mingyu menelan ludah, khawatir kalau-kalau suaminya itu mengamuk. Namun, alih-alih mengamuk, Joshua malah semakin kebingungan. Malam itu, untuk pertama kalinya, Joshua Hong mengetahui rencana rahasia kerajaan yang terpicu oleh kondisi Omega di negaranya. Semakin Mingyu menjelaskan padanya di tempat tidur mereka, semakin semua menjadi masuk akal bagi Joshua.
“Jadi, kenapa Soonyoungie ada di sini tuh karena itu...”
Mingyu mengangguk.
“Dan kenapa kamu ngobrol sama orang asing pas aku beli kastanye di negaraku–”
“Tunggu. Anda lihat?”
Sekarang Joshua yang mengangguk. “Kupikir aneh aja sih, tapi aku nggak mikir sampe ke situ,” akunya. “Itu berdua siapa, btw?”
“Anak buah Tuan Lee Jihoon,” jawab sang Alpha. “Mereka ditugaskan olehnya untuk menjaga kita selama di sana atas permintaan Tuan Kwon.”
“Lee Jihoon?” bola mata si anak melebar. “The Lee Jihoon??”
“Anda mengenalnya?”
“Siapa yang nggak kenal??” tukasnya balik. “Itu sama kayak kamu nanya ke orang di sini apa mereka kenal kakak kamu!”
Mingyu hanya mengangguk-angguk. Ekspresinya seperti ini: 😯
Semakin dipikir, semakin absurd saja rentang koneksi suaminya itu. Raja negara ini, lalu pangeran Omega dari negara asal Joshua, sekarang jenderal terkenal Lee Jihoon...
Sebentar lagi kayaknya Mingyu bakal bilang dia punya koneksi sama idola kesayangan Soonyoungie, Shinee, nih.
“Berarti...besok kita diundang buat ngomongin hal ini?”
“Sepertinya,” Mingyu menyetujui. “Jika saya tidak salah ingat, Kak Cheol pernah bilang Tuan Kwon dan Tuan Wen akan pulang di musim semi ini.”
“Eh?? Soonyoungie mau balik??” iihhh, nggak mauuu ☹️☹️☹️
“Mereka di sini hanya sampai anak-anak mereka sudah cukup besar untuk dibawa bepergian.”
“Yah...ntar aku kangen dong...,” sang Omega pun merajuk. Alphanya tersenyum, menarik suaminya masuk ke dalam pelukan besar sebelum mengecup keningnya dengan lembut.
Sang Omega mendesah. Mereka berbagi belaian dan kecupan manis, untuk sesaat melupakan segala keseriusan situasi negara mereka yang memanas dalam diam-diam. Mingyu bahkan mencium bekas gigitan di kelenjar feromonnya, membuat sang Omega menggigil tanpa bisa ditahan. Setelah ia mendesah lagi, puas akan kehangatan suaminya, sebuah pertanyaan menyelinap dalam benak Joshua.
“Besok...kakak kamu minta apaan ya?”
Yang dijawab suaminya hanya dengan gelengan kepala. Ia juga tidak tahu-menahu.
Joshua mengerutkan alis lagi.
Semoga bukan sesuatu yang membahayakan Mingyu.