narrative writings of thesunmetmoon

Part 131

#gyushuaabo

Tetua Baek membaca dan membaca. Semakin ia menyerap isi jurnal tersebut, semakin dalam kerutan di antara keningnya.

”...Apa maksudnya semua ini, Yang Mulia?” akhirnya, ia bertanya dengan getir dalam nada.

Berkebalikan dengan sang Beta, Yang Mulia Ibu Suri membalas dengan mantap, “Seperti yang Anda baca sendiri, Tetua, itu adalah jurnal perjalanan Raja Terdahulu sebelum ia mengambil alih takhta dengan membunuh ayahnya dan memerintah kerajaan ini dengan lalim. Jurnal yang diwariskan pada Mendiang Baginda dan, kini, berada di tanganku.”

“Maksud Anda—” Tetua Baek menyipitkan mata. “—bahwa ada pewaris lain selain Mendiang Baginda?”

Seluruh penghuni ruangan terkesiap.

“Betul,” sahut sang Omega. “Anak yang terlahir dari cintanya pada seorang Omega dalam pernikahan yang sah. Anak yang hilang entah di mana. Kakak tiri mendiang suamiku.”

Kemudian, Yang Mulia Ibu Suri menghadap ke arah Mingyu.

“Anak yang merupakan ayah kandung dari Kim Mingyu.”

Seperti tersambar petir, Mingyu menarik napas mendadak. Joshua hanya bisa memandanginya dengan cemas sembari mengelusi lengannya, menenangkan Alphanya sebisa mungkin. Yang Mulia Ibu Suri kembali menangkup pipi putranya. Rautnya begitu letih, meski ada kelegaan ganjil di sana.

Bahwa ia tidak perlu lagi membawa rahasia tersebut masuk ke dalam kuburnya.

“Maafkan kami, Anakku. Bukan maksud kami menyembunyikannya darimu, tetapi kami tidak ingin kau menderita lebih dari ini,” lirihnya. “Mendiang Baginda mencari dan mencari ayahmu, ingin bertemu dengan satu-satunya saudara sah yang ia miliki. Tetapi, ketika akhirnya kami menemukan titik terang—

—kami menemukanmu. Terlantar di pinggir jalan dan hampir mati kelaparan. Mendiang Baginda berusaha mencari orangtuamu hingga ke pelosok negeri, namun kami tidak menemukan jawaban. Maka, kami hanya bisa memberikanmu secuil kebahagiaan dengan membesarkanmu bersama putra kami sendiri...”

Bulir tangis menuruni wajah cantik Yang Mulia Ibu Suri.

“Maafkan kami...”

“Ibunda...,” Mingyu mendeking. Kelopak matanya tidak mampu menahan tangisnya sendiri. “Jika begitu, maka orangtua saya...apakah mereka telah...”

...tewas?

“Nah, nah. Bagaimana kalau aku yang menambahkan dari sini?” seringai terkembang. Sesosok Alpha telah memasuki ruangan tersebut tanpa dinyana, mengejutkan mereka semua. “Bibi?”