Part 29
“Mmh...”
“Anda sudah bangun?”
Lembut terdengar. Joshua mengerang. Kepalan tangan kanan otomatis mengucek mata. Sudah berapa lama dia ketiduran? Kayaknya terakhir dia ketemu...seseorang...terus diajak ke...suatu tempat...terus...
...lupa.
”...di...mana...,” suaranya agak serak.
“Halaman istana, Tuan Hong,” dengan cemas, Tuan Kim menjawab. Samar-samar, kata-katanya masuk ke otak Joshua, meski nggak semuanya. Anak itu masih belum bisa memproses dengan sempurna. “Maafkan saya karena lancang membawa Anda kemari, tapi saya pikir udara malam yang segar bisa membuat Anda enakan.”
Enakan. Yah, harus diakuin, bener banget. Terasa nyaman, apalagi tubuhnya didekap rasa hangat dan wangi manis. Karena kelopak matanya masih kerasa berat dan, jelas, pengaruh alkohol belum sepenuhnya hilang dibawa tidur, anak itu lalu memejamkan mata.
Sama sekali nggak sadar dalam posisi apa mereka kini, duduk berdua di bangku taman terbuat dari kayu, dikelilingi bebungaan dan air mancur di hadapan.
Indah, tapi Joshua Hong cuma sadar satu hal: bahwa saat ini terlalu nyaman baginya untuk menjauh dari sumber kehangatan di malam yang dingin tersebut.
Dia mengusrek pipinya, secara instingtif mencari wangi manis yang dia cium sebelumnya dan, saat sudah menemukan, kepalanya menetap di sana. Wajahnya menyuruk, enggan berpisah dari harum yang menenangkan tersebut.
“T-Tuan Hong—”
”...mh...pang..gil Joshua...”
Dengan cepat, anak itu pun tertidur kembali.