narrative writings of thesunmetmoon

Part 40

#gyushuaabo

”!!”

Kedua mata Joshua membulat. Tiba-tiba saja, udara di sekitarnya berubah. Dia terselimuti oleh harum dedaunan teh yang baru diseduh. Anak itu menghirupnya dalam-dalam. Wangi bunga samar-samar memasuki hidungnya. Lidahnya bisa mencecap rasa buah—anggur; manis, menyegarkan, tersiram sinar mentari lembut. Namun, di balik itu semua, di bagian dasar feromon Kim Mingyu adalah bau khas sebagian besar Alpha: bau kayu yang pekat.

...Ah, benar, harum ini...

Menggertakkan gigi, Tuan Kim menggamit tangan Joshua dan menjauhkannya dari kelenjar feromonnya. Rasanya dia sudah di ambang batas, apalagi sekarang bau feromonnya bergumul dengan feromon sang Omega, persis seperti malam itu di halaman istana. Feromon mereka berkomplemen sempurna, membuatnya mabuk, membuatnya tanpa sadar menggeram tiap tarikan napas.

Apalagi, Joshua mendadak memajukan wajah hingga hidungnya hampir menyentuh sisi leher Tuan Kim, terus menghidu bau feromon dari sumbernya, membuat bulu kuduk di tengkuk Alpha itu berdiri.

“Tuan Hong!!” hampir putus asa, Kim Mingyu. Nggak ada cara lain selain direnggutnya kedua bahu sang Omega, mendorongnya lagi. Usahanya untuk menjaga agar semua nggak berakhir runyam. Joshua, kala didorong, mendongak menatap wajah Alpha tersebut yang telah penuh oleh peluh. “Saya mohon, jangan begini!”

.....

..........

.................“Oh.”

Benar. Apa yang Joshua lakukan lagi? Dia menyukai harum feromon Tuan Kim. Dia tahu nggak pantas menyurukkan mukanya ke leher sang Alpha bagai Omega musim kawin, tapi...instingnya...

”...Tuan Hong?” Tuan Kim, merasa nggak enak karena suasana menjadi aneh, bergumam. “Anda...apakah Anda baik-baik saja? Kenapa Anda...feromon saya...”

Dia berusaha menekan lagi feromonnya, tapi Joshua lebih cepat. Anak itu menyambar salah satu hadiah dari kotak kado yang terbuka, sebuah syal rajutan berwarna biru (yang, ngomong-ngomong, adalah warna kesukaannya, entah hasil stalking dari mana lagi ini hhh), kemudian dengan cepat dia lilitkan di sekitar leher Tuan Kim.

”...? Tuan Hong?”

”...”

Joshua dan Tuan Kim duduk di sofa. Alpha yang besar nampak konyol bersandar di pojok sofa, tersudut, dengan syal biru tebal membungkus lehernya. Omega muda duduk bersimpuh di antara kedua kakinya, wajahnya menunduk hingga Tuan Kim tidak bisa melihat ekspresinya.

“Tuan Hong—”

“Joshua,” anak itu berkata tegas, meski wajahnya seranum buah ceri. “Aku nggak mau kamu panggil 'Tuan Hong'. Aku punya nama. Panggil aku pake namaku...”

Atmosfernya berubah. Sang Alpha bisa merasakannya. Sang Omega, juga. Mereka otomatis menunduk malu-malu. Fokus Tuan Kim lalu beralih ke tangan anak itu yang mengepal di atas sofa.

Mulut sang Alpha membuka. “...,” dalam nada rendah dan pipi memerah, sang Alpha berbisik. “...Joshua...”

Deg.

”...Bolehkah...bolehkah saya menggenggam tangan Anda...?”

Deg. Deg. Deg

Tangan Tuan Kim bergerak. Joshua terhenyak, tapi dia langsung mengendalikan dirinya.

”...Joshua...”

DegDegDegDegDeg—

Anggukan kepala keluar sebagai jawaban. Saat tangannya ditangkup, Joshua merasakan hangat. Feromon mereka lepas lagi, memenuhi ruang tengah rumah keluarga Hong. Kim Mingyu mengelus punggung tangan di bawah tangannya dengan ibu jari, membuat Omega di dalam Joshua merengek tanpa sadar. Sang Alpha hanya tersipu melihatnya.

“Syal ini,” tanyanya lembut. “Apakah untuk sarang Anda?”

Sarang. Joshua belum pernah membuatnya karena dia nggak butuh Alpha semasa estrusnya selama ini. Sarang dari pakaian Tuan Kim... Ide baru itu menyusup masuk ke otaknya, membuat Joshua semakin memerah.

Buru-buru dia menggeleng.

“Ah, maafkan saya sudah berasumsi,” jarinya dielus, tanda permintaan maaf yang membuat Joshua makin salah tingkah. “Saya kira...”

“Syal itu,” potong Joshua. “Buatku. Uh, aku, gimana bilangnya...”

”?”

”...Kayaknya...suka wangi kamu...”

Feromon. Semakin bahagia, semakin manis dan kuat wangi mereka. Gawat, kalau terus begini, seluruh rumah keluarga Hong bisa berbau mereka. Tapi, mau bagaimana lagi? Tuan Kim sangat bahagia mengetahui Omega yang dia damba menyukai bau feromonnya. Alpha manapun akan mabuk kepayang mendengarnya.

“Siklus Anda, mm, kalau datang...saya akan bawakan pakaian saya...”

Sebuah janji yang kelewat intim untuk dua orang yang belum ada ikatan apapun. Tuan Kim menggamit lebih erat tangan Joshua, mendorong anak itu untuk menatapnya. Tuan Kim meneguk ludah berkali-kali. Terbata-bata dan gugup.

“Joshua...s-saya tertarik pada Anda...”

Sang Omega seketika menahan napas. Paras tampan Alpha itu sudah kacau oleh rasa malu dan cemas, namun dia tetap memberanikan diri.

“Jika...jika Anda kehendaki, apakah saya...,” suaranya mengecil, namun Joshua masih bisa mendengarnya dengan jelas. “...boleh mendekati Anda?”